Ikhlas adalah kunci utama dalam pendidikan. Kenapa ikhlas, kenapa tidak sistem yang tepat dan fasilitas yang menjadi kunci utama dari pendidikan kita ke depan? Faktanya, setelah beberapa kali perubahan kebijakan sistem pendidikan, hasilnya pendidikan kita tetaplah tidak beda jauh dari sebelumnya. Ketika kritik diajukan, potensi peserta tetaplah sama. Oleh sebab itu, memperbaiki pendidikan kita tidak cukup mengacu pada sistem dari pemerintah. Elemen pemerintah, pendidik dan seluruh masyarakat harus saling mendukung.
Masalahnya kita belum bisa bekerja sama dengan baik. Mendidik sama halnya dengan merawat pendidikan bangsa ini. Ada peserta didik yang mudah diatur dan ada pula yang sulit diatur. Peserta pecandu narkoba, misalnya, harus benar-benar mendapat perhatian besar.
Apalagi sekarang guru madrasah digerojok Rp 10, 798 triliun dari APBN 2018. Meliputi MI, MTS, dan MA, serta pendidik yang sudah PNS atau tidak (Jawa Pos, 27/11). Dana sebesar ini adalah kabar gembira, namun juga diharapkan peserta didik semakin semangat mengayomi peserta didik dengan baik dan ikhlas, bukan hanya menikmati dana yang sudah diberikan. Harus ada timbal balik dari semua itu.
Dengan kata lain, dalam keadaan apa pun, kita harus tetap menjaga cita-cita yang diharapkan Indonesia setelah kemerdekaan. Apalagi kita akan memasuki revolusi industri 4.0, dan hal ini, menurut Restu Gunawan, mencerdaskan bangsa sangatlah penting. Â
Merawat pendidikan tidak harus selalu terpaku pada kebijakan, entah itu baik atau tidak. Mendidik adalah mencerdaskan dan membebaskan bangsa ini dari kebodohan. Apa gunanya sebuah sistem jika tidak ada kerja sama, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H