Siapa yang ingin usaha maju dan mendapat keuntungan berkali-kali lipat?. Ayo berinfaq. Siapa yang ingin penyakitnya segera sembuh?. Ayo berinfaq. Siapa yang ingin cepat dapat jodoh?. Ayo berinfaq. Sama yang ingin urusannya dimudahkan?.Ayo berinfaq. Siapa yang ingin lulus ujian sekolahnya?. Ayo berinfaq. Kalimat-kalimat tersebut, masuk ke pesan Blackberry Messenger-ku beberapa waktu lalu. Sebuah pesan tausiyah (ceramah) dari temanku yang mengingatkan betapa pentingnya sedekah. Sedekah ternyata memiliki kekuatan dahsyat untuk mengatasi berbagai permasalahan kita. Seorang ustadz pernah bercerita dalam sebuah kesempatan. Ada seorang ibu akan segera melahirkan namun posisi bayi posisi sungsang. Sang dokter memvonis ibu itu harus dioperasi secara cesar bukan melahirkan secara normal. Kemudian sehari sebelum operasi, si suami teringat pesan sang ustadz mengenai pentingnya bersedekah dan sedekah bisa menyelesaikan masalah. Singkat cerita, si suami kemudian menginfaqkan seluruh duit buat operasi untuk anak yatim. Selang sehari kemudian, keajaiban pun muncul. Posisi jabang bayi sudah pada posisi normal. Sang dokter kaget dan si ibu bisa melahirkan secara normal. Atau cerita lain yang lazim kita dengar mengenai seorang yang usahanya bangkrut kemudian dia menjual sepeda motor/mobil sebagai harta satu -satunya untuk disedekahkan. Kemudian usahanya maju kembali. Mungkin anda juga pernah memiliki pengalaman yang hampir sama diatas mengenai pentingnya dan keajaiban sedekah. Aku sendiri pun dulu memang sedekah. Namun sedekahku hanya begitu saja tanpa aku yakin kalau itu duit yang ku sedekahkan akan kembali atau tidak kepada ku. Sampai pada sebuah kejadian yang sampai detik ini pun tidak akan pernah ku lupakan. Kejadian ini pula yang membuatku sangat yakin kalo uang yang kita sedekahkan tidak akan sia-sia. Alloh akan menggantinya 10 kali lipatnya bahkan lebih. Jumat malam di pertengahan Mei 2010 ketika akan sedang makan di kedai lesehan seputaran Kukel Kampus UI, Depok, bersama sahabat karibku Yuskar, tiba-tiba datang seorang pengamen menghampiri. Pengamen tersebut cukup menarik karena seorang waria. Cukup seram juga karena memakai pakaian yang seronok dan sound system kecil yang dia dikalungkan di leher dengan musik kerasyang keluar dari sound tersebut. Ketika dia menghampiriku, aku pun mengeluarkan uang yang ada disaku baju ku. Ku ambil pecahan Rp. 10.000 lalu ku masukkan kedalan bungkus permen yang ia sodorkan kepada kami. Agak ngeri-ngeri sedap gimana gt. Maklum aku selalu menghindar jika bertemu org semacam ini. Namun posisinya ketika itu, aku terjebak. Hahaha..... Setelah waria tersebut pergi, Yuskar bilang, “gila cuy banyak bangat lo kasih”. Lalu aku pun menimpali,” tadinya gw mau kasih 1000 atau 2000. Tp pas dikantong gw cuma ada selembar itu. Masak uda mau gw kasih, gak jadi. Bisa-bisa ngamuk dia. hehehe”. Kemudian aku pun menambahkan,”udah ga papa lah, nanti juga balik lagi ko”. Sampai akhirnya kita pulang karena malam memang sudah larut, menunjukkan pukul 21.00 waktu itu. Sudah seharian juga aku di kampus UI tercinta. Lagi pula besok, aku harus ke Bandung tuk menghadiri acara pernikahan teman SMA ku. Paginya aku ke Bandung untuk menghadiri pernikahan ka Soleh, kaka kelas ku waktu di SMA dulu. Dia berkuliah di Unpad kemudian berjodoh sama orang Bandung. Dengan mobil carteran Panter biru kita sampai di Bandung menjelang siang hari. Gak ada kejadian spesial disana. Hingga kita sorenya pulang ke Jakarta. Namun sebelum ke Jakarta, beberapa temanku pada membeli oleh-oleh yang memang sudah menjadi tradisi di sebagian masyarakat kita jika berpergian ke luar kota. Sampailah kami di tempat pemberhentian oleh-oleh khas Bandung, yaitu toko Kartika Sari, di seputar Dago kalau tidak salah. Kartika Sari adalah tempat menjual panganan ringan khas Bandung. Cukup terkenal dan ramai dikunjungi para wisatawan Jakarta. Disaat sebagian teman-temanku pada masuk untuk membeli oleh-oleh, aku hanya menunggu di luar sembari makan somay yang berada di pinggir jalan. Saat ku makan somay, tiba-tba ada seorang pengemis ibu tua yang menghampiriku. Dengan wajah memelas dan baju kotor yang dipakai, dia menengadahkan tangannya ke arahku. Seketika itu, aku mengeluarkan duit selembar 2000. Ku berikan ke dia. Sampai pengemis itu pergi, tidak ada yang spesial, biasanya. Pun ketika pulang ke Jakarta dan sampai di rumah pada malam harinya, tidak ada yang spesial, biasa saja. Hingga esok harinya, senen, aku pagi pergi ke kampus, menjalani aktivitas rutinku sebagai seorang mahasiswa. Seperti biasa, juga tidak ada apa-apa dan tidak ada yang spesial. Sampai dua hari kemudian, tepatnya hari Rabu, tiba-tiba kolegaku menelepon agar menghadiri seminar sehari di salah satu hotel di bilangan Jakarta Pusat yang diselenggarakan salah satu kementerian. Pas aku pulang dari seminar yang bertajuk “Mengamalkan Konstitusi bagi Pemuda”, setiap peserta diberikan amplop putih yang isinya duit. Sesampainya di rumah ku buka amplop tersebut, ternyata berisi uang sebesar 150.000. Aku awalnya tidak ngeh mengenai korelasi antara duit 150.000 dari seminar yang ku hadiri dengan sedekahku kepada waria dan ibu tua beberapa hari sebelumnya. Biasa aja, tidak ada yang spesial. Sampai pada suatu kejadian bada sholat Magrib di hari Jumat , aku membaca Quran. Seperti biasa, ketika aku baca Quran, pasti aku juga membaca artinya. Kemudian sampai pada Surat Al Anam ayat 160 yang bunyinya, “Barangsiapa yang membawa amal kebaikan, maka baginya pahala sepuluh kali lipat dari amalnya. Dan barangsiapa yang membawa amal yang buruk, tidak akan diberi pembalasan, kecuali dengan yang buruk seperti itu pula. Dan mereka tidak dirugikan sedikitpun juga”. Bersedekahlah, yakin kalau Tuhan akan menggantinya berkali-kali lipat bahkan jauh-jauh lebih baik. Tiba-tiba diri ini terdiam dan merenung sejenak setelah membaca surat tersebut. Kemudian memori ini mengingatkan ku pada kejadian sedekah dan uang seminar yang ku alami beberapa hari belakangan. Jika ku renungkan ternyata benar apa yang sering dikatakan para ustadz, jika kita sedekah akan dilipat gandakan 10 kali lipatnya. Jika ku kalkulasikan secara rasional berdasarkan surat tersebut bahkan lebih malah. Aku mengeluarkan 12.000 (10.000+2000) kemudian aku dikasih 150.000. Seharusnya aku dapat 120.000. Namun Alloh malah memberiku kelebihan 30.000. Subhanalloh Ya, peristiwa waria, pengemis tua dan uang seminar membukakan mata hati dan menyadarkan saya bahwa sedekah memang benar-benar akan diganti sepuluh kali lipatnya bahkan lebih. Tentu peristiwa tersebut tidak akan menjadi apa-apa (baca: hikmah) jika aku tidak melihatnya dari kaca mata iman. Allohua’lambisowab. Semoga bermanfaat.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H