Sejak 1 Januari 2016 di Eropa mulai diberlakukan penyatuan mekanisme pengawasan dan resolusi perbankan, serta harmonisasi sistem penjaminan simpanan yang disebut European Banking Union. European Banking Union terdiri dari 3 pilar, yakni: Single Supervisory Mechanism (SSM); Single Resolution Mechanism (SRM); dan Harmonised Deposit Guarantee Schemes (DGS).
Pada 6 Juni 2017, European Central Bank (ECB) sebagai otoritas pengawas bank di Eropa menyatakan Banco Popular Espanol, bank keenam terbesar di Spanyol, memenuhi kategori "Failing or Likely To Fail (FLTF)" dan menyerahkan penanganannya kepada Single Resolution Board (SRB), otoritas resolusi di tingkat Eropa. FLTF merupakan titik pemicu resolusi atau resolution trigger. Istilah serupa yang sering digunakan, yakni: "Point of Non-Viability (PoNV)", sedangkan di Indonesia padanan istilahnya, yakni: "Bank Tidak Dapat diSehatkan (BTDS)" atau bank gagal.
Setelah menerima penyerahan dari ECB, SRB berkoordinasi dengan otoritas resolusi di Spanyol, Fondo de Reestructuracion Ordenada Bancaria (FROB), melakukan "bail-in" dengan menghapus modal saham dan instrumen modal inti tambahan (write down equities and additional Tier 1 instruments), serta mengkonversi instrumen modal pelengkap (convert Tier 2 bonds) menjadi saham.
Sesuai Single Resolution Mechanism Regulation (SRMR), pelaksanaan bail-in harus didasarkan pada hasil valuasi oleh penilai independen untuk menentukan seberapa besar jumlah modal saham dan kewajiban bank yang harus dihapus dan/atau dikonversi menjadi modal. Hasil valuasi menunjukkan nilai Banco Popular berkisar antara negatif €2 milyar dengan menggunakan baseline scenario sampai negatif €8,2 milyar dengan adverse scenario.
Semakin buruk hasil valuasi bank akan semakin besar pula modal yang harus dihapus dan/atau kewajiban yang harus dikonversi menjadi modal. Sebagai informasi, jumlah aset Banco Popular Espanol per akhir 2016 sebesar €148 milyar.
Setelah dilakukan bail-in, pada tanggal 7 Juni 2017 Banco Popular dijual kepada Banco Santander seharga €1. Dengan penjualan tersebut, Banco Popular dapat melanjutkan operasi secara normal, solven dan likuid, sebagai bagian dari group Santander.
Proses penjualan Banco Popular dapat berlangsung cukup cepat karena sebelum dinyatakan FLTF, otoritas resolusi Spanyol (FROB) atas arahan SRB telah melakukan upaya mencari investor dan dalam prosesnya beberapa calon investor telah berkesempatan mempelajari dan menganalisa kondisi keuangan Banco Popular.
Permasalahan kemudian timbul ketika eks pemegang saham dan subordinate debts yang terkena dampak bail-in mempertanyakan reliabilitas hasil valuasi yang dibuat oleh Deloitte sebagai penilai independen. Mereka mengajukan tuntutan melalui European Court of Justice agar Single Resolution Board (SRB) dan European Commission (EC) membatalkan kebijakan resolusi atas Banco Popular dengan dalih tidak didasarkan pada informasi yang komplit.
Sebagai antisipasi adanya upaya hukum tersebut, Banco Santander telah memiliki rencana menerbitkan perpetual bonds senilai €980 juta untuk digunakan sebagai kompensasi bagi eks pemegang saham dan subordinate debts Banco Popular tertentu dengan syarat mereka membatalkan haknya mengajukan tuntutan.
Resolusi terhadap Banco Popular merupakan kasus pertama sejak Single Resolution Mechanism mulai efektif diberlakukan pada 1 Januari 2016. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H