Mohon tunggu...
Hari Pebriantok
Hari Pebriantok Mohon Tunggu... Lainnya - Redaktur

Wartawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Kemanusiaan Seorang Imam Masjid

7 Juli 2016   19:10 Diperbarui: 8 Juli 2016   05:55 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yusuf Dalkılıç adalah imam masjid Pırlaklar Cami di pusat kota Kastamonu. Dalam sistem kenegaraan Turki yang sekuler, imam masjid merupakan pegawai negeri sipil yang ditangani oleh negara dan telah lulus ujian seleksi seperti ujian tulis dan wawancara. Sehingga bisa dipastikan kualifikasi imam masjid di Turki terjaga dan tidak semua orang bisa ujug-ujug  menjadi imam atau memberikan fatwa tentang agama kepada masyarakat.  Dengan gaji pegawai negeri yang pas pasan (2500 TL/bulan, 2015), Dalkılıç mempelopori kegiatan sosial dimulai dari masjid.

Menurut kantor berita Anadolu, setiap hari setelah salat Isya Yusuf Dalkılıç dibantu para dermawan membagi makanan dan manisan kepada para jamaah secara cuma-cuma. Setelah itu ia asyik bercengkrama mencair dengan para jamaah sambil menikmati teh.

Selain menjalankan rutinitasnya sebagai imam, Dalkılıç juga membantu kebutuhan para jamaah tua,muda dan khususnya yang berkebutuhan khusus. Tahun kemarin Dalgılıç membagikan al-Quran berhuruf Braille kepada 8 jamaah tuna netra.

Yusuf Dalkılıç merupakan warga asli Sinop yang sudah 30 tahun mengabdi di Kastamonu. “ 30% hidupku saya  abdikan untuk menjadi imam, sisanya 70% saya ingin mengabdikan diri untuk melayani masyarakat”, ujarnya sewaktu diwawancara kantor berita Anadolu.

Yusuf Dalkılıç sangat akrab dengan para jamaahnya. Para mahasiswa yang mempunyai masalah sering curhat kepadanya. Mereka yang mempunyai pertanyaan seputar agama biasa pergi kepadanya.  Ia tak ubahnya seorang kawan bagi mereka. Kadang Dalkılıç dan mahasiswa-mahasiswa itu pergi piknik bersama.

Bapak dari dua orang anak ini juga menjadi orang tua asuh bagi Zehra (9). Ia mengatakan , “Zehra sekarang kelas 4 SD. Nilai-nilainya baik. Zehra tak berbeda dengan anak-anak kandung saya. Anak anak saya yang lain berumur 10 dan 11 tahun. Zehra memanggil mereka abang dan kakak. Keluarganya menitipkannya ke panti asuhan. Namun menurut saya lingkungan keluarga penting untuk seorang anak. Kami tak merasa keberatan untuk mengasuh Zehra. Tak ada kerugian bagi keluarga yang memberi makan satu piring lebih untuk mereka yang membutuhkan. Rasulullah juga menjadi orangtua asuh bagi 10 anak”.

Ia juga mencari bantuan dari yayasan yang berkenan membantu untuk menjadi donatur. Beberapa waktu yang lalu mereka berhasil mengumpulkan dana untuk membeli tongkat untuk tuna netra.

Demikianlah sedikit kisah dermawan seorang imam di Kastamonu. Semoga kita bisa mengambil pelajaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun