Mohon tunggu...
hario adji pamungkas
hario adji pamungkas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Foto

Lahir Surabaya, 1968,Apoteker, MM, Dosen, Wirausahawan, anak 4, 1 istri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Balada Cinta Yuk Ti dan Cak Kasan

6 Oktober 2012   20:48 Diperbarui: 28 Agustus 2016   06:12 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di pinggir jalan menuju jalan besar dekat rumah, yuk Ti, begitu panggilan masyarakat sekitar menyapa untuk membeli  dagangannya, berupa bubur sumsum, lontong mie, es cincao dan beberapa makanan kecil seperti dadar jagung dan lento (makanan khas Surabaya). Yuk Ti, belakangan ini sangat sibuk mengurus dagangan dan merawat suaminya yang sakit karena gangguan prostat.

Beberapa bulan yang lalu Yuk Ti bercerita kepada saya : " Bapaknya anak-anak sakit, setiap dua minggu sekali harus datang ke rumah sakit umum untuk mengganti kateter, jadi pada hari senin pada minggu ke dua dan ke empat . Jualannya libur sehari, mengantar bapak ke dokter. Dia bercerita segala suka duka merawat suaminya yang telah hidup bersamanya dan 2 orang anak mereka yang sudah dewasa dan mempunyai beberapa orang cucu.

Keluarga saya begitu menikmati makanan dagangan Yuk Ti, meski kami tergolong pelanggan baru namun kami sering berbincang-bincang tatkala menikmati lontong mienya yang sedap dan mantap rasanya. Di sela-sela pembicaraan tentang suaminya yang sakit rupanya saya pernah berkata ,"Ibu yang sabar ya merawat bapak ", begitu kira-kira ucapan saya, karena saya sudah tidak mengingat lagi pernah mengucapkannya.

Beberapa minggu terakhir ini, saya tidak melihat Yuk Ti berjualan lagi, sementara ibu mertua saya yang sakit sangat menginginkan es cincao Yuk Ti yang begitu segar dan dibuat dengan gula jawa yang asli, tanpa pemanis. Saya bertanya dalam hati, " apa gerangan yang menyebabkan Yuk Ti tidak berjalan lagi ?".

Yuk Ti, saya pesan 3 bungkus es cincao, 2 diminum di sini, begitu saya menyapa Yuk Ti yang sudah lama tidak jumpa. Sambil memotong es batu,Yuk Ti mengabarkan bahwa suaminya Cak Kasan telah pulang ke Rahmatullah. Inna lillahi wa inna illahi rojiun, kita berasal dari Allah, dan kita akan kembali kepada Nya.

Di dalam masa-masa terakhir hayat Cak Kasan, Yuk Ti telah berbuat sabar merawat suaminya Cak Kasan dengan sebaik-baiknya, menyeka badannya selama 5 hari, menyuapi makan, dan segala keperluannya dikarenakan kondisinya yang telah menurun drastis. Yuk Ti dengan serius berkata, " Saya teringat sampeyan berkata yang sabar merawat bapak", begitu Yuk Ti mengingat pesan yang telah saya sampaikan. Saya sempat merenung bahwa saya telah menasehati Yuk Ti dengan maksud  menguatkan hatinya, tetapi sesungguhnya saya benar-benar telah lupa pernah mengatakannya. Masya Allah, aku telah lupa akan ucapanku sendiri. Kini aku juga sedang merawat ibu mertua yang menderita sakit dan tentunya membutuhkan kesabaran pula. Akankah aku bisa melakukan apa yang aku nasehatkan kepada Yuk Ti ? itulah yang menjadi pertanyaan dalam benakku. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang menasehati tetapi dia sendiri tidak bisa melakukannya. Ya Allah, berilah hambamu kesabaran dalam merawat ibu mertua, sungguh didalamnya ada Rahmat dan Kasih sayangMu yang besar.

Yuk Ti dan Cak Kasan telah mengarungi hidup bersama dengan segala suka dan duka. Cak Kasan meninggalkan Yuk Ti dengan wajah yang tenang setelah sakit serius selama 5 hari. Tinggal kenangan yang terbayang dalam benak Yuk Ti, suami yang dicintainya. Semoga Balada Cinta Yukj Ti dan Cak Kasan menjadi mereka sepasang kekasih, suami istri yang berbahagia dunia dan akhirat, Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun