Mohon tunggu...
hario adji pamungkas
hario adji pamungkas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Foto

Lahir Surabaya, 1968,Apoteker, MM, Dosen, Wirausahawan, anak 4, 1 istri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Sebuah Perjalanan

12 Juli 2010   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:55 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hikmat, begitu dia bangga dipanggilnya. Kemanapun dia pergi selalu membawa buku catatan, untuk merekan semua yang dilihat, dirasakan, dan dipikirkan. Sejak kecil dia selalu gembira bila diajak sang Ayah pergi, kemanapun dia tak penah menolak, ke pasar ayam, ke pasar ikan, ke toko, ke sawah, bahkan pergi ke gunung bromo yang tinggi dan dingin itu dia pernah.

Sekarang dia tidak lagi pergi bersama siapapun, tetapi sendiri, karena dia tahu bahwa bepergian akan selalu asyik dan banyak hal yang dilihat dan diamati, dan ini memerlukan waktu yang harus diatur sesuka hati, maka sejak pemahaman itu dia selalu melakukannya sendiri.

Berangkatlah Hikmat dari rumahnya di tepi laut daerah pantura Semarang, menuju Jakarta, kota super metropolitan atau ada pula yang menyebut megapolitan. Banyak sekali pemandangan yang mengasyikkan di ibu kota ini. Tempat pertama yang dituju adalah Jalan Sudirman, dengan SCBD (sudirman central business district) sebuah tempat yang mentereng penuh dengan kemewahan dan prestisius, mobil-mobil mewah built up keluaran terbaru, Jeep Humve keluaran Amerika, orang-orang perlente dengan pengawal (body guard), wanita-wanita super model dengan pakaian yang gemerlap, perhiasan gemerlap berlian dan makanan super mahal dan wah. Karena ingin tahu lebih dekat dia mencoba masuk melalui sebuah pintu yang diperiksa oleh security service, dengan detector logam dan digeledah seluruh tubuhnya, maka diapun masuk ke ruang lobby, sebuah hotel terdekat di lokasi SCBD ini, wah luar biasa, sewa hotel permalam bisa 5 juta rupiah,makanan per porsi untuk sup sirip ikan hiu 275 $, belum lagi pelayan-pelayan yang sangat menawan, peralatan makan yang serba bagus. Banyak sekali orang pendatang (asing) dari manca negara. Semua dia catat di buku hariannya selepas di pulang dari pengamatan yang mentakjubkan matanya. Maka direnungkannya apa yang dilihatnya sebagai gambaran betapa kayanya orang yang menikmati semua fasilitas yang sangat menggiurkan tadi. Untuk sementara dia memberi garis bawah pada alinea terakhir catatannya bahwa mereka sungguh orang yang hebat dengan penuh prestasi dan pantas mendapat segala kemewahan.

Esok hari, hikmat berjalan di sebuah tempat yang sangat terkenal dengan sebutan Stasiun Kereta Api Senen, sebuah tempat pemberangkatan kereta api yang usianya sudah sangat tua, dibangun pada jaman Belanda, dan masih terus beroperasi sampai sekarang, dengan vasilitas yang ditambal sulam, agar tetap bisa melayani penumpang yang setiap hari berdesakan menuju luar Jakarta. Terlihat Gerbong-gerbong kereta tua dan kumuh, penumpang yang berpakaian serba neka, mulai celana jean lusuh, jaket kumal, selendang robek, pedagang mainan anak, serta pedagang asongan dengan segala makanan rakyat seperti aqua, kacang bawang, jepit rambut, koran, baterai hp, serta ada juga pedagang topi anak-anak bergambar upin dan ipin. Penumpang pada duduk-duduk beralaskan koran bekas, dan menggunakan kipas ala kadarnya untuk mengusir lalat dan hawa panas yang terasa. Ada juga seorang ibu yang menyusui anaknya sambil membawa barang bawaan yang besar, seperti kasur lipat, yang akan didapai di atas gerbong kelas ekonomi Gaya Baru jurusan Jakarta-Surabaya yang erangkat pukul 12.00. Setelah lelah melihat segala pemandangan yang ada, Hikmat kembali ke tempat penginapannya, dan mulailah dia menyusun catatan hariannya. Untuk sementara dia berasumsi bahwa masyarakat yang berkutat dengan fasilitas di pasar senen adalah masyarakat pinggiran dan tidak pernah merasakan kenyamanan hidup.

Besoknya dia kembali lagi ke sebuah lokasi mewah di sekitar Mall Pondok Indah, sebuah tempat belanja di Jakarta Selatan, dan terdengar khabar, bahwa artis-srtis terkenal suka berbelanja di mall ini, bahkan suka membeli rumah di dekatnya. Di langkahkan kaki memasuki tempat yang mengkilap lantainya, dilihatnya etalase counter, toko yang ditata dengan light system yang hebat, dengan barang yang serba lux, keluaran terbaru product international : Gucci, Cartier, Polo, Pier Cardin, Saint Yves, dan lain sebagainya. Begitu pula pelayan yang cantik-antik dan aduhai. Kembali di menuliskan resume sementara di buku hariannya bahwa orang yang menikmati vasilitas di mall ini adalah masyarakat yang penuh dengan semangat hidup dan kebahagiaan.

Sesampai di rumah, diputarnya televisi, dan disimaknya sebuah acara Oprah Winfrey. Dilihatnya wawancara Oprah dengan bintang tamunya, seorang entreprenership yang penuh dengan keberhasilan dan mengkoleksi boneka seperti Susan yang dimiki oleh Ria Enes, arek Suraboyo itu. Dikatakan oleh si bintang tamu bahwa kesuksesan itu seperti saus pada makanan kesukaan kita sehari-hari, tidak lebih. Dan itu tidak terlalu berpengaruh bagi kebahagian kita sehari-hari. Sejenak Hikmat terperanjat mendengan ucapan sang bintang tamu tersebut. Kemudian diputar channel TVnya ke saluran Sidik, terlihat begitu banyak berita kriminal dan kasus korupsi. Pelakunya terlihat masyakat miskin dan para pejabat negara yang divonis velasan tahun penjara. Kembali di membuka buku hariannya. Maka di koreksilah resume yang sudah dibuatnya, ditulisnya tebal-tebal, " Kebahagiaan sama sekali tidak berkaitan dengan harta melimpah, kemewahan dan semua yang berbau materi, tetapi kebahagiaan adalah milik semua orang yang menghargai arti hidup".

Semoga tulisan ini bermanfaat,

salam,

hario

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun