Mohon tunggu...
Harinto Anggoro
Harinto Anggoro Mohon Tunggu... -

Mahasiswa University of Southampton, tertarik menulis tentang sosial, ekonomi, politik, budaya, sepakbola dan travelling!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Sempu, The Spoiled Paradise

15 Mei 2013   20:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:31 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deburan ombak kecil dan hutan bakau menyambut saya di dermaga pulau Sempu. Ternyata untuk mencapai pulau sempu dari pantai Sendang Biru di Pulau Jawa sana hanya memakan waktu sekitar 10 menit saja. Pada pagi hari saat laut sedang pasang maka boat charteran alias perahu nelayan setempat yang kita sewa dapat masuk dan bersandar lebih dalam ke hutan bakau yang menjadi dermaga tidak resmi pulau Sempu tersebut.

[caption id="attachment_243588" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Sendang Biru"][/caption]

Pulau sempu merupakan sebuah pulau kecil seluas 877 hektar yang terletak di selatan kabupaten Malang. Bersebrangan dengan pantai Sendang Biru, sepintas tidak ada yang terlihat spesial di pulau ini. Walau begitu di salah satu belahan di pulau Sempu terdapat semacam laguna yang keindahannya sudah sangat populer di kalangan traveller, namanya segara anakan.Di segara anakan anda dapat bersantai menikmati pemandangan yang ada maupun sambil berenang – berenang lucu, jika anda belum puas anda bahkan dapat berkemah tentunya dengan membawa perbekalan sendiri.

Untuk mencapai pulau Sempu ini, sebenarnya tidak terlalu sulit. Dari kota Malang diperlukan waktu tempuh sekitar 1-2 jam untuk mencapai pantai Sendang Biru dengan kendaraan pribadi. Pantai Sendang Biru inilah yang merupakan gateaway untuk pergi menjejak pulau Sempu.

Untuk menuju pulau Sempu diperlukan semacam izin dari BKSDA setempat untuk dapat pergi menyebrang ke Pulau Sempu. Mendapatkan izinnya ternyata tidak terlalu sulit. Kemudahan perizinan inilah yang seakan menjadi bumerang bagi keadaan ekosistem pulau sempu yang ternyata di balik keindahannya terdapat batu es kerusakan ekosistem yang dapat menghantui pulau Sempu sewaktu – waktu. Ditambah lagi, harus diakui mental sebagian traveller Indonesia ternyata masih primitif.

[caption id="attachment_243591" align="aligncenter" width="300" caption="Pos BKSDA Pulau Sempu"]

1368622871928351140
1368622871928351140
[/caption]

Perjalanan dari “dermaga” pulau Sempu untuk menuju laguna alias segara anakan itu hanya berjarak 4,5 km. Meski begitu kondisi trek yang agak ekstrim dengan medan lumpur di sepanjang jalan membuat perjalanan dapat ditempuh selama 1 -2 jam, bahkan lebih jika anda ingin berkemah dan mebawa banyak perbekalan. Ditambah lagi kondisi treknya yang naik turun dengan berbagai percabangan membuat perjalanan semakin melelahkan dan menyulitkan. Untungnya di pos BKSDA Sendang Biru menyediakan jasa penyewaan sepatu trek dan pemandu yang bisa saja digunakan.

[caption id="attachment_243590" align="aligncenter" width="300" caption="Trek Lumpur yang cukup menantang"]

1368622785918888880
1368622785918888880
[/caption]

Hal menyedihkan mulai terlihat di sepanjang trek, terdapat banyak sekali sampah, mulai dari sampah makanan – makanan kering,kaos kaki dan kolor, hingga sepatu yang nyangkut di lumpur, semuanya adadan sangat mengganggu pemandangan di sepanjang perjalanan. Kepala saya tak habis pikir sejahat itukah para traveller yang sebagian besar orang Indonesia tega sekali terhadap keindahan alam di negara mereka sendiri.

[caption id="attachment_243593" align="aligncenter" width="300" caption="Tadaaaa.. Segara Anakan"]

13686229691740495668
13686229691740495668
[/caption]

Setelah lelah dan sedikit kesal dalam melakukan trekking akhirnya sampai juga di segara anakan. Wow, memang pemandangan lagunanya luar biasa, seperti mini maya bay di Phi-phi Island, sebuah pantai dengan laguna yang terpisah dengan lautan dan dikelilingi hutan – hutan berbukit dan batu karang, rasa lelah, kesal semuanya dibayar lunas.

Setelah puas foto – foto,berenang dan menjelajah sekitaran segara anakan maka waktunya beristirahat di pantai. Pantainya juga putih dan langsung menghadap ke arah laguna dengan background perbukitan dan karang bolong tempat air dari samudra hindia masuk sehingga di dalam laguna juga terdapat ombak – ombak kecil. Di pantai segara anakan inilah tempat orang – orang yang berkemah mendirikan tendanya. Wow ternyata di beberapa spot di pantai juga terdapat banyak sekali tumpukan sampah seperti sampah makanan instan hingga botol bir, semuanya menggunung seakan – akan menunggu datangnya petugas kebersihan untuk diangkut, padahal mana ada petugas kebersihan di pulau ini. Memang yang namanya sampah tidak akan mengganggu ekosistem secara langsung tetapi tumpukan - tumpukan sampah ini jelas sangat mengganggu pemandangan dan membuat saya merasa tidak nyaman.

[caption id="attachment_243594" align="aligncenter" width="300" caption="Sisi lain Pulau Sempu"]

136862304485669024
136862304485669024
[/caption] [caption id="attachment_243595" align="aligncenter" width="300" caption="Menyedihkan bukan??"]
1368623122895621250
1368623122895621250
[/caption]

Tidak perlu berlama – lama saya berada di pulau Sempu, saat sore hari saya dan rombongan langsung kembali pulang ke Sendang biru tentunya tanpa meninggalkan sampah apapun, hanya jejak kaki saja yang ditinggalkan.

[caption id="attachment_243597" align="aligncenter" width="300" caption="Goodbye Segara Anakan"]

1368623196460375907
1368623196460375907
[/caption]

Keadaan Pulau Sempu memang lama – lama bisa saja semakin memprihatinkan, setelah saya tanya kepada ranger yang juga memandu rombongan saya, memang setiap beberapa bulan sekali terdapat operasi pembersihan sampah akan tetapi selama tingkah laku traveller yang tidak peduli lingkungan operasi seperti itu tidak akan efektif.

Dengan statusnya pulau Sempu sebagai cagar alam, sudah seharusnya pemerintah melalui BKSDA memperhatikan pulau ini, seharusnya mereka memperlakukan dan mengelola pulau Sempu sebagai cagar alam dengan manajemen yang baik. Mungkin salah satu solusinya ialah seperti Taman nasional gunung Gede Pangrango ataupun di Semeru dimana diberikan kuota jumlah pengunjung dalam1 tahun dan pada periode – periode tertentu ditutup untuk rehabilitasi ekosistem. Tetapi selain itu, hal – hal seperti itu tidak akan efektif jika mindset dan mental para traveller masih primitif. Tentunya kita sebagai traveller harus benar – benar mencintai alam dan selalu berprinsip “Take nothing but pictures,leave nothing but footprints”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun