Mohon tunggu...
Harinto Anggoro
Harinto Anggoro Mohon Tunggu... -

Mahasiswa University of Southampton, tertarik menulis tentang sosial, ekonomi, politik, budaya, sepakbola dan travelling!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Disiplin Berlalu Lintas di Kompleks Chevron Riau

24 Maret 2013   22:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:17 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1364139111569462623

Bayangkan kondisi lalu lintas dimana semua serba disiplin, pengendara mentaati peraturan dan rambu – rambu lalu lintas, mengindahkan speed limit dan semua pengendara saling mengalah satu sama lain, adakah hal tersebut terjadi di Indonesia? Jawabannya ialah ada. Dimana hal itu bisa terjadi? Jawabannya ialah di kompleks Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Riau. Siapa yang berada di dalam kompleks tersebut? Nah ini dia, mereka semua orang Indonesia juga! Ini berarti jika ada pertanyaan apakah masyarakat Indonesia bisa mempunyai budaya disiplin berlalu lintas yang tinggi, maka jawabannya adalah bisa!

[caption id="attachment_234500" align="aligncenter" width="737" caption="Kondisi jalan di kompleks CPI, Duri, Riau"][/caption]

Terdapat 4 kompleks Chevron di Riau, 4 kompleks tersebut masing – masing ialah Rumbai, Minas, Duri,dan Dumai. Dan di keempat kompleks tersebut ternyata peraturan lalu lintas sangat ditegakkan meski tanpa adanya campur tangan polisi sedikit pun. Bagaimana bisa seperti itu? Kuncinya ialah Sistem controlling dan penegakan peraturan yang ketat, sarana dan prasarana yang memadai, dan masih adanya budaya malu.

Jika dilihat dari ilmu manajemen, mereka benar-benar melaksanakan Planning, Organizing, Controlling dan Actualization berlalu lintas dengan baik. Jalan – jalan yang ada semuanya didesain rapi, bersih, dan mulus. Rambu-rambu yang ada pun lengkap, jelas dan tidak mebingungkan. Sistem controllingnya juga ketat, perlu diketahui bahwa di kompleks ini kecepatan maksimum ialah 40 km/jam dan semua mobil perusahaan dipasang gps sehingga apabila terjadi pelanggaran semuanya akan kelihatan. Sehingga kalau dilanggar, sensor pun akan berbunyi dan langsung terhubung ke sistem yang akan dievaluasi setiap bulan.

Di sini chevron mempunya slogan safety riding, yaitu : lihat jauh, pandangan luas, gerakkan mata, jaga jarak aman dan pastikan terlihat oleh pengendara yang lain. Spanduk terkait safety riding ini bakalan terlihat di mana – mana di dalam kompleks Chevron. Mungkin karyawan di sini yang sudah tinggal lama bakalan muntah kalau harus melihat spanduk itu setiap hari. Tetapi ya itu, disiplin safety ridingnya akan terbentuk, apalagi anak – anak yang besar di sini, tentu nantinya disiplin berkendaraannya akan berbeda dibandingkan dengan pengendara jebolan Jakarta seperti saya.

Hal yang menarik ialah jika terdapat persimpangan tanpa lampu merah,Di sini semua mobil yang ada di sini sangat mematuhi peraturan untuk mengerem terlebih dahulu hingga berhenti, liat kiri atau kanan kosong atau tidak, kalau kosong ya jalan dan kalau ada mobil dari jalan lain maka mobil yang berada di jalan lebih kecil harus mengalah walaupun jalan disana sebagian besar sepi dan juga kosong. Meskipun kosong dan tidak ada mobil lain, ya tetap harus direm hingga berhenti. Hal tersebut berlaku untuk mobil maupun motor. Kalau ada lampu merah? Ya tinggal ikutin lampu lah, meski begitu dijamin sebagian besar pengendara di Indonesia apalagi yang jebolan Jakarta seperti saya pasti akan kagok saat menyetir di tempat seperti itu hehehe.

Berani melanggar? Siap – siap untuk dicatat mobilnya, dan jika tercatat berkali-kali maka akan kena report dan akan ditindak sesuai SOP perusahaan. Salah satunya bisa diturunkan jabatan lho. Siap – siap saja untuk malu karena untuk karyawan, mereka akan diketahui atasan dan untuk ibu- ibunya akan dijadikan bahan gossip, Malu kan kalau pas lagi ada arisan maka akan dijadikan bahan omongan gara – gara suka melanggar lalu lintas hehehe.

Lain lagi dengan jalan antar kompleks Rumbai dan Minas sejauh 40 km yang juga dimiliki oleh Chevron, di sini setiap mobil yang memasuki jalan ini akan dicatat waktu masuknya, dan akan dicek kembali saat berada di pos keluar. Di jalan ini speed limitnya ialah 70km/ jam, boleh kurang gak boleh lebih, dan dengan kecepatan maksimum maka waktu tempuhnya iahal sekiat 30-40 menitan. Saat di pintu keluar maka akan dicek lagi waktu kita apakah kurang dari waktu tempuh atau tidak. Jika waktunya kurang, siap – siap lagi kena catat oleh petugas dan akan ditindak sesuai SOP, benar – benar cara yang cerdas untuk memantau lalu lintas, tidak usah pakai CCTV, petugas patroli dll. Ketahuan dan mau nyogok? Siap –siap untuk berurusan lebih lanjut ini mah dengan petugas.

Nah begitu lah keadaan di dalam kompleks Chevron, sekarang bagaimana keadaan lalu lintas di luar kompleks? Jawabannya ialah welcome to the jungle. Selamat datang di jalan lintas sumatera yang hancur,bar –bar, penuh dengan debu, truk – truk kelapa sawit dan motor – motor gila yang saling salip ke sana kemari. Di jalan ini maka pengendara – pengendara jebolan Jakarta tadi bisa sedikit melepas kangen apabila kangen menyetir di Jakarta. Apalagi keadaan jalan antara Duri dan Dumai, sebagian besar rusak dan berlubang. Lebih cocok untuk balapan off road sebenarnya dibandingkan dengan menjadi jalanan umum. Hal ini sangat tidak masuk akal, mengingat di sini terdapat banyak tambang- tambang minyak dan kebun kelapa sawit, istilah kasarnya duit semua yang terdapat di sini. Sungguh ironis memang kalau dilihat – lihat, dimana perusahaan Chevron masih bisa membuat kondisi lalu lintas yang tertib sementara di luar kompleksnya dengan pengelolaan yang berbeda oleh pemda dengan PAD salah satu yang terbesar di Indonesia perbandingannya 180 derajat. Padahal jalan ini tadinya juga merupakan jalan Chevron yang akhirnya diambil alih oleh pemda karena sering dipakai masyarakat.

Sekarang pertanyaannya ialah bagaimana membuat kondisi lalu lintas di daerah lain di Indonesia menjadi tertib? jawabannya silahkan tanya pada rumput yang bergoyang, jangan salahkan masyarakat kita yang tidak tertib, masyarakat semuanya pasti akan tertib, jika ada controlling yang kuat, penegakan hukum tanpa pandang bulu dan sarana serta prasarana yang memadai. Nah kapan itu semua bisa diterapkan? Itu tadi jawabannya silahkan tanya pada rumput yang bergoyang hehehe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun