Pernahkah Anda mendengar kalimat “Pendidikan adalah senjata yang paling mematikan di dunia”?. Dalam berbagai kutipan, banyak yang menyinggung mengenai pendidikan. Hal mengenai pentingnya pendidikan mungkin benar adanya, karena dengan pendidikan kita belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Akan tetapi, haruskah untuk mendapatkan akses pendidikan kita diharuskan membayar sejumlah angka?
Dewey (1944) mendeskribsikan pendidikan sebagai pembelajaran pengetahuan, pelatihan keterampilan, dan kebiasaan sekelompok masyarakat yang ditturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Dari segi epitemologi pendidikan berasal dari bahasa Latin e yang berarti “keluar” dan ducare yang berarti “membimbing, menuntun, atau mengarahkan”. Sehingga pendidikan dapat diartikan sebagai usaha membimbing seseorang untuk keluar dari pemikiran yang statis.
Akan tetapi yang menjadi permasalahan saat ini adalah bahwa tidak semua orang dapat merasakan pendidikan. Seperti yang dilansir dari Antara dalam Liputan6 (24/11/2016), Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohan Yembise mengungkapkan bahwa lebihdari 35, 90 persen anak-anak di perkotaan maupun pedesaan berusia antara 7 sampai 17 tahun tidak dapat mengakses pendidikan yang layak. Salah satu alasan yang paling dominan dari ketidakmampuan akses pendidikan adalah karena biaya.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai biaya sekolah dan lain sebagainya, ada baiknya jika kita mengingat kembali mengenai tujuan pendidikan. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 membahas mengenai kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, serta bertanggung jawab terhadap bangsa.
Tujuan Pendidikan
Di masa modern seperti saat ini pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha sosial yang dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat sesuai dengan ekspektasi sosial.
Mengutip dari Fajarpendidikan, menyebutkan bahwa tujuan awal sekolah didirikan adala untuk mengajari setiap individu bertahan hidup. Karena pada waktu itu populasi masih belum sepadat saat ini, sehingga sangat memungkinkan untuk memberikan pengajaran secara individual dalam keluarga.
Di dalam Science Trends juga disebutkan bahwa gagasan mengenai sekolah formal telah ada pada masa Yunani Kuno, Romawi Kuno, bahkan Mesir Kuno sejak tahun 500 M. Latar belakang berdirinya sekolah umum ketika para orang tua mulai menyadari akan lebih mudah apabila pengajran dilakukan secara berkelompok. Hal ini tentu saja untuk efisiensi dan efektivitas pengajaran. Di Alexandria juga ditemukan bukti bahwa fokus pendidikan pada masa waktu tersebut adalah untuk meningkatkan angka melek literasi, dibuktikan dengan penemuan di Perpusatakaan Alexandria.
Kurikulum pertama yang diajarkan di sekolah pada masa itu masih berputar masalah sosialisasi nilai-nilai keyakinan, ajaran budaya lokal, dan seni bertahan hidup seperti perang dan sejenisnya (Kumalasari, 2008).
Bagaimana Sistem Pendidikan Saat ini?
Sistem pendidikan yang ada saat ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum beberapa puluh tahun yang lalu. Kurikulum sekolah kurang dapat menjawab pertanyaan mengenai pengembangan dunia modern. Seperti yang kita tahu, kurikulum pendidikan di indonesia, terutama sekolah negeri hanya berfokus pada masalah akademik dan teoretis. Padahal jika mengingatkan tujuan pendidikan seperti yang telah dijelaskan di atas seharusnya pendidikan dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia.