Mohon tunggu...
Harin Hidayahturochmah
Harin Hidayahturochmah Mohon Tunggu... -

mendidik dengan hati, bekerja dengan cinta :)

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Eits...Hati-hati dengan Teh

4 Februari 2011   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:54 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1296838986321331340

[caption id="attachment_88596" align="alignleft" width="300" caption="Tea"][/caption]

Minuman yang satu ini pasti sudah tidak asing lagi untuk dikonsumsi. Hampir semua kalangan menyuakainya, baik tua, muda, laki-laki, maupun perempuan. Teh tidak hanya praktis, namun juga nikmat disajikan di semua waktu. Teh hangat biasa dinikmati pada pagi dan sore hari atau pada saat cuaca dingin. Sedangkan pada cuaca panas, teh biasanya disajikan menggunakan es. Hmm..segar sekali pastinya. Bahkan saking nikmatnya, ada yang malah mengkonsumsi teh layaknya minum air putih yang diminum setiap hari.
Namun, ternyata kebiasaan minum teh kurang baik bagi kesehatan. Memang benar teh mengandung antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisir efek radikal bebas yang merusak. Tetapi jika beberapa antioksidan tersebut menyatu, mereka akan menjadi sesuatu yang disebut tanin. Tanin merupakan zat yang menyebabkan beberapa tumbuhan dan buah-buahan memiliki rasa sepat. Tanin sangat mudah teroksidasi sehingga dapat dengan mudah pula berubah menjadi asam tanat. Padahal, asam tanat memiliki fungsi sebagai untuk membekukan protein. Hal ini berefek negatif pada mukosa lambung (selaput lendir yang melapisi lambung) sehingga menyebabkan berbagai masalah lambung seperti tukak lambung.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seorang guru besar kedokteran Albert Einstein College of Medicine, Hiromi Sinya, MD dalam bukunya yang berjudul The Miracle of Enzyme, ia menjelasakan bahwa mukosa lambung orang-orang yang secara teratur minum teh (teh hijau, teh cina, teh hitam inggris) atau kopi yang mengandung banyak asam tanat, biasanya telah menipis akibat perubahan atrofi. Sedangkan sebuah fakta yang sudah banyak diketahui di dunia kedokteran adalah bahwa perubahan atrofi yang kronis (berlangsung secara perlahan dan terus menerus) dapat dengan mudah berkembang menjadi kanker lambung. Nah, maka dari itu, dr Sinya amat menganjurkan agar lebih memilih minum air putih daripada teh. Apalagi jenis teh yang dijual di supermarket kini menggunakan zat-zat kimia pertanian dalam proses penananmannya. Tidak dapat dibayangkan seberapa besar bahayanya bila efek buruk dari asam tanat, kafein, dan sisa zat kimia pertanian bersarang di dalam tubuh. Tetapi bagi sebagian orang yang amat menyukai teh dan tidak dapat berhenti meminumnya, sangat dianjurkan untuk menggunakan daun teh yang ditanam secaraorganik, dan tidak meminumnya dalam keadaan perut kosong untuk menghindari tekanan berlebih pada lapisan lambung, serta membetasinya menjadi 2-3 cangkir saja per hari.
Sebuah fakta menarik lagi mengenai kebiasaan minum teh adalah sebaiknya tidak mengkonsumsi teh bersamaan ketika makan. Karena asam tanat yang terkandung di dalam teh dapat mengikat mineral besi sehingga zat besi yang ada dalam makanan tidak diserap oleh tubuh. Itu artinya resiko terjadi anemia meningkat. Oleh karena itu, mulailah hidup sehat dan seimbang dengan memperbanyak minum air putih yang baik dan menghindari minuman yang banyak mengandung tanin, kafein, dan zat-zat kimia lainnya yang berbahaya bagi tubuh. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun