Mohon tunggu...
Indrati Harimurti
Indrati Harimurti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mak ne Si Nang, isaku iki

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sepasang Sandal Jepit

1 Oktober 2014   23:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:44 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sandal jepit itu barang murah, nyaman dipakai untuk nyantai. Sepasang sandal jepitku tak pernah lupa kuletakkan di bawah jok mobil atau jok motor. Sebagai sandal serep bila sandal selopku kurang nyaman untuk jalan atau kalau pas hujan.

sepasang sandal jepit (sumber: m.suarakomunikasi.com)

Malam itu bersama kedua anakku, adikku, dan keponakanku, dan tak lupa suamiku sedang hang out. Mumpung mereka ke Semarang, kuajak keliling Simpang Lima. Yang kebetulan sedang ada pameran UKM (Usaha Kecil Menengah). Padatnya kendaraan di malam minggu membuat semua tempat parkir penuh hingga ke jalan-jalan. Kami coba parkir di areal Masjid Agung. Alhamdulillah kami mendapat tempat parkir.

Dan kami pun turun, sandal jepit ku masih kupakai sementara salah seorang keponakanku membawakan sandal selopku. Duh mobil sudah terkunci diantara mobil-mobil yang terpakir dengan jarak yang berdekatan. Okey lah, kuletakkan sepasang sandal jepit itu di atas mobil. “Budhe, sandalnya apa tidak hilang diambil orang nanti?” celetuk Eva keponakanku. “ Tidak apa-apa, kalau hilang ya biar saja, bukan rejeki Budhe.” Jawabku senyum.

Dan kami pun berjalan di trotoar Simpang Lima menuju lapangan tengah. Menikmati pameran UKM dari berbagai daerah di Semarang. Berbagai produk ditawarkan di antara hingar bingar life music yang diselenggarakan panitia. Panasnya udara malam, di atas lapangan Simpang Lima yang berdebu, membuat kami harus pulang mengingat esok kami masih punya acara.

Kami pun menuju tempat parkir. Kuambil sandal jepitku yang kuletakkan di atas kap mobil. Alhamdulillah masih di tempatnya. Sambil menunggu masuk mobil, kami menyempatkan narsis di area parkir. Seorang Bapak pengemis dengan barang bawaan yang lusuh tanpa alas kaki menghampiri kami. Sebelum Bapak itu menengadahkan tangan. Kuulurkan sepasang sandal jepitku yang berukuran besar untuk seorang perempuan, ukuran 11 setengah. Bapak itu menerima dengan senang hati, dan sepasang sandal itu langsung dipakainya. Ia berlalu pergi berlalu di antara mobil-mobil yang terpakir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun