Hari ini aku belajar bahwa berat atau mudahnya sebuah kehidupan itu bergantung pada perspektif sudut pandang seseorang.
Beberapa hari ini hidup terasa sangat berat. Hingga seseorang dengan "kebutuhan khusus" datang menghampiri dan berkisah tentang segala hal yang dia lalui. Panggil saja Supri. Si gemar menceritakan sebuah kisah yang terlontar secara ringan, ikhlas, dan jujur. Ya, jujur.
Sampai akhirnya, di tengah perbincangan seru dia bercerita bahwa ia merindukan ibunya. Seorang ibu yang selalu membuatkannya susu, yang gemar memasak sayur kangkung favoritnya, dan sering memarahinya ketika ia terlalu banyak jajan dan lalai dengan kesehatannya.Â
Belakangan ini pun aku tahu jika setiap jumat pagi, dia selalu berjalan kaki mengunjungi makam ibunda tercintanya.
Ternyata benar sajak orang-orang yang sering kudengar, katanya Tuhan memang maha membolak-balikkan hati manusia. Hidup yang awalnya terasa berat ini, dalam sepersekian berubah menjadi rasa syukur yang tiada hentinya.
Segala hal yang awalnya merasa semuanya terlalu berantakan dan menyedihkan ini akhirnya berubah menjadi ringan dan menyenangkan. Hari-hari pun terasa lebih berwarna, bahkan warnanya lebih menyilaukan dari biasanya.
Aku selalu percaya Tuhan itu ada dan sangat mencintai umatnya. Aku juga percaya, bahwa segala hal yang terasa berat, Tuhan akan memberi penawar yang sesuai dan sempurna. Terimakasih, Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H