Tekanan yang berlebihan politisi membuat PSSI mulai lemah, bermain-main dengan bahaya. Mungkin untuk mengurangi tekanan si-kuning, PSSI mengangkat RP jadi manajer Timnas. Bisakah RP mampu memisahkan politik dengan sepakbola? Sepertinya sangat sulit. Sepakbola DNA-nya adalah sportifitas sedangkan politik DNA-nya adalah kekuasaan dan uang.
Jika PSSI bermain dan hanyut dalam politisasi sepakbola, maka ku-ucapkan selamat datang kembali zaman kegelapan sepakbola Indonesia.
Jika langkah ini mampu meningkatkan prestasi Timnas dan menjauhkan korupsi, judi, mafia pengaturan skor dari sepakbola Indonesia, tetap ku-dukung PSSI yang malang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!