Tidak ada kawan atau lawan yang abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. Ungkapan ini berlaku di dalam kehidupan politisi.
Karena itu hubungan antar mereka selalu dihitung atas kepentingan, selagi kepentingannya sama, mereka akan tetap bersatu, ketika kepentingannya berbeda mereka akan menjadi lawan satu dengan yang lainnya. Bisa jadi mereka akan saling membunuh.
Mereka akan sanggup menutupi suara hati, bertindak berlawanan dengan kebenaran asal kepentingannya terpenuhi.
Tujuan PSSI sejatinya adalah untuk prestasi sepakbola Indonesia, hanya itu. Jika ada kisruh yang terjadi saat ini disebabkan karena para politisi busuk tidak punya kepentingan akan prestasi sepakbola, tetapi lebih pada nafsu untuk berkuasa dan nafsu untuk mengambil manfaat ekonomi.
Oleh karenanya tidaklah mengherankan, ketika PSSI mengajukan 5 usulan rekonsiliasi tidak mendapat tanggapan dari KPSI, bahkan KPSI tidak mengajukan usulan rekonsiliasi sama sekali, kecuali hanya KLB harga mati, ganti pengurus PSSI. Seperti dunia ini milik mereka sendiri, semau-maunya, gaya khas politisi busuk.
Kalau dulu sang menteri mengusir nurdin halid, sekarang malah duduk berdampingan. Ironis. Kepentingan sesaat mengalahkan tujuan yang mulia, sepakbola bersih, bermartabat.
Partai politik, sang menteri, Koni seperti telah menjadi satu kelompok yang sedang menguji kekuatan dan kesabaran pengurus PSSI sekarang ini.
Sungguh berat perjuangan PSSI, memperbaiki sesuatu yang rusak parah tentu memerlukan usaha yang teramat berat, belum lagi dirongrong oleh para penyamun, ditambah kondisi kekurangan dana akibat di-stopnya dana dari pemerintah.
Saya yakin awal yang berat ini nanti akan membuahkan hasil yang manis. Hanya orang yang tulus yang mampu mengemban tugas mulia ini.
Dukung PSSI ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H