Mohon tunggu...
Hari Hariadi
Hari Hariadi Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Riset dan Publikasi

Sarjana Ekonomi, Magister dalam Ilmu Manajemen. Bekerja sebagai karyawan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Baru Ada Saat Pensiun? Mudah-mudahan Tidak

24 Maret 2014   17:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395642327610377887

[caption id="attachment_328169" align="aligncenter" width="552" caption="Transjakarta, salah satu moda transportasi primadona warga Jakarta. Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption]

Beberapa waktu lalu, harian Kompas (10/2) menurunkan berita tentang rusaknya bus-bus baru Transjakarta. Akibatnya, pelayanan kepada penumpang kedodoran. Di salah satu bus, penumpang terpaksa menggedor-gedor pintu belakang lantaran tidak bisa dibuka.

Penulis teringat berita di atas lantaran pengalaman saat menunggu bus Transjakarta di halte ITC Permata Hijau di koridor 8, jurusan Harmoni Sentral-Terminal Lebak Bulus. Saat itu, penulis harus menunggu hampir setengah jam sebelum bus tiba. Karena jarangnya bus, para oportunis, yaitu pengguna kendaraan pribadi, nekat menerobos jalur bus Transjakarta. Tidak terlihat adanya tindakan dari pihak berwajib.

Waktu menanti yang lama bukan hanya terjadi di koridor-koridor yang relatif baru semisal koridor 8, melainkan juga di koridor yang “lebih mapan”, semisal koridor 1, jurusam Blok M-Kota.Waktu penantian bertambah parah saat Jakarta diguyur hujan.

Sebagai pengguna setia bus Transjakarta, hati penulis sempat berbunga-bunga saat mendengar kabar akan hadirnya armada tambuhan bus Transjakarta. Penulis membayangkan bus Transjakarta yang datang hanya beberapa saat setelah membeli tiket dan antre di halte. Antrean panjang dan penumpang yang berdesak-desakan di halte menunggu tibanya bus hanya tinggal kenanganNamun dengan rusaknya bus-bus baru itu, harapan penulis langsung sirna.

Berbagai alasan dikemukakan soal rusaknya bus-bus itu. Mulai dari kondisi bus yang sudah tua, masalah perawatan, tidak adanya Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan sebagainya. Namun penulis rasanya enggan peduli dengan alasan-alasan itu.Sebagai pengguna, kepedulian penulis hanyalah tersedianya sarana angkutan umum yang aman dan nyaman. Tentu ini bukanlah harapan yang berlebihan.

Berharap pada MRT

Adanya bus Transjakarta dapat dianggap sebagai langkah terobosan menciptakan angkutan umum masal yang aman dan nyaman di Jakarta. Untuk jangka panjang, Pemerintah Daerah (Pemda) DKI berencna membangun sistem transportasi cepat masal atau Mass Rapid Transportation (MRT). Peletakkan batu pertama telah dilakukan tahun 2013 lalu. Rambu-rambu yang menunjukkan sedang berlangsungnya proses pembangunan MRT juga telah dipasang. Dalam jangka pendek, adanya pengerjaan proyek MRT tentu akan menimbulkan kemacetan. Tapi tak apalah asal dalam jangka panjang MRT dapat dinikmati warga Jakarta.

Berita terakhir menyebutkan, proyek MRT Jakarta dianggap sebagai salah satu proyek infrastruktur terbaik di dunia versi majalah World Finance. Menurut Kepala Editor Bidang Proyek KeuanganWorld Finance Dustin Broadbery, MRT Jakarta dipilih salah satunya karena arti penting proyek ini bagi Jakarta dan Indonesia (tempo.co.id, 14/3). Dari 20 proyek besar yang diakui World Fivance, MRT Jakarta berada pada peringkat ke-16.Bila sukses, MRT dapat mendorong tumbuhnya ekonomi nasional. Gelar proyek infrastruktur terbaik dunia diraih oleh Low Carbon City Development yang dikerjakan di Masdar City, Uni Emirat Arab. Proyek itu bakal menggunakan konsep kota dengan sumber energi kota yang memanfaatkan energi matahari dan energi terbarukan lainnya.

Penulis berharap masalah rusaknya bus-bus Transjakarta dapat segera diatasi. Dan semoga proyek pembangunan MRT dapat berjalan dengan lancar. Tarik ulur proyek monorel antara Pemda DKI dan PT. Jakarta Monorel moga-moga segera selesai. Mudah-mudahan seloroh yang pernah penulis lontarkan kepada salah seorang sepupu tidak menjadi kenyataan. Penulis pernah berkata kepada sang sepupu bahwa kita baru dapatmenikmati MRT saat kita sudah pensiun, atau kurang lebih 20 tahun lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun