Mohon tunggu...
hari firmansyah
hari firmansyah Mohon Tunggu... -

"lebih baik diasingkan, daripada menyerah terhadap kemunafikan."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Operasi 2014 di Mulai

29 November 2013   00:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun ini tahun politik. Begitu kata Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta. Di tahun politik ini, masing-masing parpol mengerahkan seluruh kekuatan dan sumber daya yang ada untuk meningkatkan elektabilitas. Bagi partai yang sedang terjerat arus korupsi berusaha mengembalikan kepercayaan public terhadap bendera partainya.

Hanura telah lebih dahulu mencuri start dengan mendeklarasikan Capres dan Cawapresnya. Harry Tanoesudibjo (HT) pengusaha yang sedang naik daun dan memiliki kekuatan media yang sangat mempunyai pengaruh besar digandeng. Dengan klaim sebagai Partai terbersih tanpa ada kadernya yang terjerat kasus korupsi dikampanyekan di media milik HT. MNC Media (MNC TV,RCTI, Global TV), Koran Sindo dikerahkan. Berbagai agenda telah diluncurkan, dari Miss World hingga event sepakbola dengan mendatangkan tim-tim eropa. Untuk periode ini H- 1 tahun Hanura sukses membangun citra.

Nasdem partai baru milik mantan kader Golkar sekaligus pemilik Metro TV Surya Paloh ambil bagian. Dengan Metro TV sebagai garda depan, kampanye Restorasi Indonesia didengungkan. Tapi sayang, ditengah jalan mulai terlihat kerikil. Satu per satu tokoh muda partai mengundurkan diri termasuk Hari Tanoesudibjo (HT) yang menyebrang ke Hanura.

Gerindra, nampaknya masih mempercayakan sepenuhnya kepada mantan komandan Kopasus dan dinasti cendana yang tersisa, Prabowo Subianto. Dengan slogan “Gerindra Menang, Prabowo Presiden” mulai di sosialisasikan. Kampanye Gerindra merupakan kampanye yang sangat menguras biaya. Tanpa memiliki media satupun Prabowo terus menyewa TV Lokal untuk  mempromosikan program Gerindra. Kerjasama dengan PDIP sepertinya mengalami jalan buntu setelah wafatnya sesepuh PDIP Taufik Kiemas.

PAN, sepertinya partai yang adem-adem ayem. Sejauh ini mereka hanya melakukan perekrutan terhadap artis-artis untuk mendongkrak suara partai. Tapi, sepertinya setelah pernikahan “PAN-Demokrat” melalui anak-anak sang ketua umum. PAN seolah-olah menjadi sayap Demokrat. Terbukti PAN merupakan Partai yang masih aman sampai sejauh ini. Dan sesepuh mereka Amien Rais telah kehilangan sentuhan emasnya.

PKPI, PBB, PKB, dan PPP masih stagnan dalam sosialisasi. Tak ada pergerakan yang berarti mereka lakukan untuk 2014. Ketiadaan tokoh-tokoh yang menopang membuat partai-partai ini mungkin hanya akan menjadi “Perami Alek”. PKPI, PBB, dan PPP masih mengandalalkan tokoh partainya. Sutiyoso, Yusril Ihza Mahendra, dan Surya Dharma Ali, terlihat hanya berjalan sendiri. Sementara PKB, masih belum bisa menyatukan suaranya sepeninggal Gus Dur. Dan sekarang mereka harus disibukkan dengan dua nama yang akan mereka jadikan capres. Antara Sang Raja Dangdut Rhoma Irama, atau mantan Ketua MK Mahfud MD.

Democrat sebagai partai penguasa nampaknya harus kelimpungan untuk melakukan strategi pemenangan.  Satu persatu kader-kader nya diamankan KPK. Tapi, tak satupun yang resmi memakai jaket orange. Mereka masih asyik berkeliaran bahkan sampai ada yang membuat Ormas.  Berbagai kasus korupsi yang menjerat para kader lansung menghantam Cikeas. Dari anak sang Jendral sampai isrtinya ikut dalam pusaran korupsi. Tapi, tak satupun yang diusut. Aneh dan Janggal. Konvensi democrat yang diadakan hanya sebagai pencitraan untuk mengembalikan nama baik partai. Selain itu, operasi-operasi khusus mulai diluncurkan untuk mengerdilkan partai pesaing. Hasilnya, memang terlihat sukses. Partai yang dianggap menggangu satu persatu dilumpuhkan. Memang tidak ada fakta riil yang dapat menguatkan operasi khusus ini. Tapi dari beberapa korban yang telah berjatuhan kita dapat menyimpulkan kemana muara dari berbagai kasus ini.

Korban pertama yang menjadi sasaran adalah Partai yang sangat mencuri perhatian dalam 2 episode terakhir, PKS,  harus terguncang prahara yang sangat besar. Tidak tanggung-tanggung Ketua Partai nya LUthfi Hasan Ishaq (LHI) harus berurusan dengan KPK. Bahkan, ketua Majlis Syuro nya Hilmi Aminuddin tinggal menunggu waktu dipakai kan jaket Orange. Dan kasus yang dimunculkan merupakan kasus yang mecabik-cabi partai yang nerideologi Islam ini. Berbagai perempuan-perempuan yang notabene dikategorikan tak islami berada dipusaran partai ini. Tapi, setelah 8 bulan kasus ini berlalu kasus ini sepertinya tidak memiliki kejelasan. Bahkan, terkesan bagaikan sebuah sinetron dari Produser asal India yang ramai di tanah air. Yang disorot hanya wanita-wanita cantik disekeliling Fathonah. Tapi, bukan maksud untuk bersikap subjektif, acungan jempol patut kita sematkan pada Partai satu ini. Prahara yang begitu dahsyat tidak berarti apa-apa bagi kadernya. Right Place and Right Time. Begitu ungkapan yang tepat atas penunjukan Presiden baru Anis Matta. Dengan semangat muda yang menggelora, orasi yang mengguncang jiwa. Berhasil  menjadi oase di padang pasir yang gersang. Uraian air mata mengiring pidato pertama pengangkatannya. Hal pertama yang beliau lakukan kembali membangun puing-puing semangat yang berserakan. Satu per satu daerah beliau sambangi untuk membangkitkan kembali semangat kadernya. Karena memang itu lah kekuatan terbesar partai ini. Kader-kader yang loyal dan militan membuat PKS memiliki nilai lebih dari partai yang lain. Hasilnya, beberapa kadernya berhasil memenangkan Pemilukada. Dimulai dari Jawa Barat, Sumatera Utara, Kota Bandung, dan beberapa kabupaten di Sulawesi.

Operasi yang dilakukan terhadap PKS sepertinya menjadi boomerang. Awalnya ingin menghancurkan kredebilitas partai ini tetapi ujung-ujungnya arah berbalik. Satu per satu nama-nama mulai muncul ke permukaan membuat sang sutradara operasi  mulai mengalihkan isu. Dari Hatta Rajasa, Sengman, dan terbaru Adik Wapres pun ikut dalam arus operasi “Sapi”. Tapi, kita harus berdecak kagum dengan pembuat scenario. Dengan cepat pusaran khasus berpindah. Dan korbannya kali ini adalah mantan partai penguasa Orba, Golkar.

Sebenarnya, tanpa melakukan operasi ini. Suara Golkar juga akan sangat sullit naik 2014. Peralihan tongkat estafet dari JK ke ARB ternyata memunculkan polemic. Sepertinya dosa ARB terhadap Sidoarjo tidak menjadi pertimbangan khusus bagi dewan pertimbangan partai menjadikan ARB sebagai Ketua Umum. Setelah terlihat mesra dalam rapat penyusunan RAPBN 2013 dengan iming-iming sebuah “pasal siluman” membantu korban lumpur Sidoarjo. Pada akhirnya panah mengarah pada partai berlambang beringin ini. Tidak tanggung-tanggung mereka dihantam dari 3 penjuru. Darat (Lembaga Eksekutif) atas nama Gubernur Banten Ratu Atut, Laut (Lembaga Legislatif) atas nama Chaisrunnisa, Udara (Lembaga Yudikatif) atas nama ketua MK Akil Muchtar yang merupakan kader Golkar. Berkaca pada operasi terhadap PKS, sepertinya kali ini sang sutradara tidak mau kecolongan lagi. Pada kasus PKS dengan objek Kementrian Pertanian scenario ini diharapkan suskses tapi sayang beberapa nama dekat muncul untuk ambil bagian dalam proyek Kementan. Makanya operasi terhadap Golkar ditujukan pada kasus yang memiliki peluang sangat kecil untuk “Orang-orangnya” ambil bagian.

Melihat dan menganalisa beberapa kasus yang telah terjadi. Orang-orang dan pengamat akan menyimpulkan bahwa target operasi berikutnya adalah PDIP. Tapi, saya memiliki pandangan berbeda. Menurut saya justru tujuan utama operasi kali ini adalah mengamankan PDIP. Tentu saja keberadaan sosok fenomenal Jokowi menjadi alasannya. Bila pada kasus PKS, PKS memang terlihat nyata menentang dan harus dihanguskan, sementara Golkar ditakutkan akan menjadi benalu, maka operasi terhadap PDIP berbeda. Memang pada awalnya PDIP juga digoyang “Gempa Kecil” dengan menjerat Bendahara partainya. Tapi, itu hanya peringatan dini. Seolah-olah pesan yang ingin disampaikan “Awas !! Kalau berani macam-macam”. PDIP digunakan untuk menyandingkan Jokowi dengan kader yang telah dipersiapkan. Dahlan Iskan atau Gita Wiryawan. Hal ini telah terlihat dengan beberapa kasus korupsi mereka ditutupi dulu minimal menjeang pilpres 2014. Harapan para Jokowi Lovers untuk melihat tokoh idolanya menjadi Presiden sepertinya akan pupus.

Satu lagi nilai plus dari operasi ini adalah timingnya yang sangat pas. Dengan sisa waktu yang kurang dari 7 bulan menjelang april 2014 rasanya akan sulit bagi partai-partai yang telah terjerat untuk mengembalikan citra. Kasus Korupsi diibaratkan menjadi dosa besar oleh rakyat bagi setiap partai. Dan kembali pada kasus PKS yang sudah 8 bulan berjalan belum memunculkan kejelasan. Kita akan tunggu berapa lama pula kasus korups di MK ini akan selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun