Mohon tunggu...
hari firmansyah
hari firmansyah Mohon Tunggu... -

"lebih baik diasingkan, daripada menyerah terhadap kemunafikan."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver Politik

20 Februari 2014   18:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:38 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aristoteles(384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya.

(http://seputarpolitik.blogspot.com/2009/08/definisi-atau-pengertian-politik.html)

Aristotelesberkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur:negara(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).

Berpolitik sama halnya dengan berperang. Dalam perang tujuan utama adalah menang. Tak ada yang ingin kalah. Segala cara akan ditempuh untuk menggapai kemenangan. Baik secara baik ataupun kotor.

Dalam hal berpolitik ini erat dengan kaitannya Partai Politik. Terbukanya kran Reformasi di Indonesia di tahun 1998. Membuat bangsa Indonesia tak lagi terbelenggu dalam hal menyampaikan pendapat. Ini dapat dilihat di tahun 1999 jumlah peserta partai politik berjumlah 48 Partai. Dan menjadi bukti bahwa tingkat keinginan rakyat Indnesia akan sebuah demokrasi sangat besar.

Kini 15 tahun telah berlalu dari awal Reformasi itu terpecah. Telah banyak yang terjadi dan dilalui oleh bangsa ini. Intrik-intrik politik kotor pun sudah sering menghiasi layar kaca kita. Dan satu hal yang paling erat hubungannya dengan kondisi Parpol adalah manuver-manuver politik yang dilakukan oleh Parpol untuk meraih simpati rakyat.

Di beberapa kesempatan terkadang manuver politik ini terlihat seperti politik muka dua. Pertama partai politik bersikap mendungkung suatu kebijakan. Tapi di tengah jalan mereka akan mengubah kebijakan dengan berbagai alas an tertentu.

Hal ini lah yang terjadi di Padang menjelang PILWAKOT yang sedang berlansung. Berbagai isu-isu dimunculkan untuk menjatuhkan lawan. Dan itu biasa dalam pertarungan Politik.

Kasusnya berawal dari langkah Walikota saat ini Fauzi Bahar ingin mendirikan sebuah Bisnis Komplek di daerah Padang. Yang disponsori oleh pengusaha James Riady dalam bentuk Lippo Grup. Pada awalnya tidak ada masalah terhadap pendirian ini. Semua Fraksi di DPRD menyetujui termasuk PKS. Bahkan saat peletakan batu pertama pendirian Gubernur Sumbar pun turut hadir.

Tapi, semuanya berubah saat PILWAKOT mendekati detik-detik terakhir. Isu ini digunakan untuk menarik perhatian ke sepeuluh pasangan calon. Atas desakan berbagai ormas islam di Padang bahkan SUMBAR. Menuntut pembangunan ini dibatalkan. Persoalan ini menjadi dilemma politik semua PArpol. Tetap mendukung atau ikut menolak.

Disiniah PKS mulai melakukan manuver politik. Sebagai partai yang dijuluki Partai Islam terbesar di Indonesia. Nama besar PKS dipertaruhkan. Dan memang setelah melakukan pengkajian akan ada mudharat yang ditimbulkan jika pembangunan ini tetap dijalankan. Di satu sisi lain, kebijakan ini akan membuat citra PKS akan kembali naik setelah hancur lebur diterjang skandal KPK.

PKS yang juga mengajukan kader nya dipertarungan Pilwakot berusaha untuk mengambil kembali simpati warga Padang. Sosok Mahyeldi yang sekarang menjabat sebagai Wawako Padang dan juga dikenal sebagai Ulama dan berasal dari Muhammdiyah cukup untuk menjual dimata warga padang. Karna perlu diingat. Minangkabau masih menjadi salah satu suku di Indonesia yang masih teguh memegang nilai-nilai keislaman.

Di satu sceen bahkan terlihat Mahyedi pun ikut turut dan berorasi pada aksi penolakan Lippo Grup. Dari DPRD dan kader labis pawah dikerahkan untuk melakukan penolakan. Tentu PKS tidak sendiri. Mereka didukung oleh ulama, ninikmamak, dan ormas keagamaan. Tidak hanya di Padang, PKS bahkan juga berhasil menarik simpatik warga di luar Padang. Dan pada akhirnya membuat Walikota saat ini meradang. Mencap PKS sebagai penghianat.

Salahkah kebijakan PKS in?? kalau kita membahas dari segi politik tentu tidak. Seperti yang telah dijelasan diatas. Politik sama halnya dengan perang. Dan tujuan perang adalah meraih kemenangan. Dan salah satu cara, manuver inilah yang dilakukan.  Tapi tentu memang tidak asal-asalan bermanuver. Perlu analisa yang sangat detail. Serta analisa SWOT yang mendalam terkait suatu kasus. Dan tidak sembarang parpol yang bisa melakukannya. Terkadang suara di satu parpol tidak selamanya satu suara.

Dan inilah yang terjadi di Surabaya. Manuver yang dilakukan PDIP terkait pemakzulan Walikota Risma. Nama terakhir telah menjadi perbincangan public terkait aksi nya di “Mata Najwa”. Blak-blakan soal kebijakannya memberantas prostitusi. Membuat public sedikit terlupa akan sosok fenomenal Jokowi.

Walkot Risma dimakzulkan lewat DPRD. Seluruh Fraksi kecuali PKS menyetujui pemakzulan ini. Bahkan partai yang mengusungnya, PDIP, turut serta. Tapi, ditengah jalan melihat bagaimana banyak simpati yang bermunculan kepada Risma. PDIP mulai melakukan manuver. Tapi, manuver yang dilakukan terlihat setengah-setengah. Terjadi perpecahan dua kubu disini. Kubu yang tetap memakzulkan dan kubu yang melindungi. Dan terlihatlah bagaimana perpecahan di tubuh PDIP.

Pada akhirnya kita dapat berpendapat. Sebenarnya manuver itu biasa dalam politk. Tapi perlu diingat manuver itu akan menjadi boomerang bagi Parpol yang tidak melakukkannya dengan baik. Salah satu kunci nya adalah bagaimana menjadikan suara diparpol tetap satu tanpa ada dua kubu. Dan untuk ini, tidak sembarang parpol yang dapat melakukannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun