Mohon tunggu...
Hariette Damery Lumban Toruan
Hariette Damery Lumban Toruan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S-1 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Fast Beauty: Fenomena Industri Kecantikan yang Tidak "Cantik" untuk Lingkungan

12 Desember 2024   13:59 Diperbarui: 12 Desember 2024   13:59 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kecantikan wajah merupakan hal yang diidamkan sebagian besar kaum perempuan dari berabad-abad lalu. Namun, masyarakat mulai menyadari bahwa cantik saja tidak cukup, tetapi memiliki kulit yang sehat justru lebih penting. Sebagai contoh, berbagai kalangan mulai dari orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak sudah mengerti pentingnya mencuci muka dan menggunakan sunscreen dalam kegiatan sehari-hari. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat berdampak positif bagi kesehatan kulit sehingga mulai dilakukan sejak dini. Kesadaran masyarakat yang tinggi ini membuat munculnya berbagai perusahaan kecantikan, baik lokal maupun luar, dan membuat nama industri kecantikan semakin naik.

            Perusahaan berlomba-lomba menghasilkan berbagai inovasi produk dengan beragam komposisinya pada momentum ini. Kesadaran yang tinggi menghasilkan tingkat permintaan produk kecantikan yang tinggi pula. Masyarakat dengan 1001 permasalahan kulit disuguhi dengan 1001 produk kecantikan dari berbagai perusahaan yang berbeda. Padahal, produk yang dihasilkan tidak jarang sama dan terkesan berulang. Namun, hal ini justru memicu masyarakat kerap membeli berbagai jenis produk kecantikan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kulit wajah mereka.

Kondisi ini mungkin tampak baik-baik saja, tetapi apabila ditelusuri dan diperhatikan lebih lanjut, ada bahaya besar yang dapat menghantam lingkungan kita. Perusahaan dengan ragam inovasi dan jenis produk kecantikan yang tidak ada habisnya mampu memicu budaya konsumerisme di masyarakat. Masyarakat kerap membeli produk kecantikan terus-menerus, bahkan tanpa memikirkan bahan yang digunakan dan kecocokannya dengan kulit wajah. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat terus termakan iklan perusahaan yang umumnya dilakukan oleh influencer di media sosial. Bahkan salah satu tren yang terjadi di masyarakat adalah "Ten-step Skincare" yang berarti menggunakan 10 produk di wajah setiap malam untuk mencapai kulit yang sehat, tanpa memikirkan apakah kulit kita benar-benar membutuhkan produk tersebut.

Semakin banyak produk kecantikan yang dipromosikan oleh para perusahaan dan menghasilkan banyak pula produk yang dibeli oleh masyarakat tanpa pemikiran yang matang. Hal ini dapat diperburuk apabila kualitas kandungan dalam produk kecantikan juga dikorbankan perusahaan demi menuai keuntungan. Akibatnya, dapat membuka peluang besar ketidakcocokan produk tersebut yang dapat mengakibatkan produk terbuang. Siklus seperti ini disebut dengan FAST BEAUTY. Konsep fenomena ini sebetulnya kurang lebih sama dengan fast fashion yang telah menjadi problematika di tengah masyarakat, yaitu ketika para produsen menghasilkan suatu produk dalam skala besar untuk menutupi permintaan dalam waktu cepat sehingga dapat mengorbankan kualitas produk.

Ada beberapa dampak yang dapat dirasakan secara langsung dari fenomena fast beauty ini. Dampak terbesarnya adalah terhadap lingkungan hidup. Produk-produk yang tidak cocok lalu dibuang oleh masyarakat akan menghasilkan limbah-limbah yang buruk bagi lingkungan. Ditambah, kemasan yang digunakan untuk produk kecantikan hampir semuanya menggunakan bahan plastik yang sulit terurai. Sampah-sampah kemasan ini akan terus bertumpuk di tempat pembuangan sampah setiap hari tanpa adanya penanganan khusus. Apabila ini terus terjadi tanpa adanya penanggulangan dan pencegaha, titel Indonesia sebagai salah satu penyumbang sampah terbanyak di dunia akan semakin sulit lepas.

Lalu, bagaimana caranya sebagai masyarakat untuk mengatasi problematika inisecara bijaksana? Hal yang pertama, sebelum membeli suatu produk kecantikan, pastikan bahan yang digunakan. Lakukan penelusuran dan cari tahu apakah kandungan yang ada pada produk dapat membantu kita. Baca juga testimoni dan review dari pelanggan yang pernah menggunakan produk tersebut agar semakin yakin dengan pilihan yang akan kita buat.

Pikirkan secara matang-matang agar tidak impulsif dalam membeli suatu produk dan jangan mudah termakan iklan. Hal ini akan meminimalisir produk terbuang karena tidak cocok dengan kulit wajah kita. Gunakan produk-produk tersebut sampai habis sebelum membeli yang baru. Selain itu, usahakanlah mendukung dan membeli perusahaan yang menjunjung tinggi sustainability dan tidak menerapkan sisten fast beauty. Belilah produk yang sekiranya dapat membantu kesehatan kulit kita tanpa mengorbankan lingkungan hidup di sekitar kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun