[caption id="attachment_354866" align="aligncenter" width="327" caption="https://www.google.com/search?q=mahasurya&biw=ornament-coreldraw.html%3B407%3B425"][/caption]
Menjalin
Dulu waktu kecil kusering memerhatikan laba-laba dan sulur labu. Keduanya jarang duduk semeja, bahkan tak pernah menenggak kopi hitam saring di warung dekat rumah. Keduanya tak pernah hidup bersisi-dampingan, namun ku tetap memerhatikannya. Atas perhatian itu lah, baru kutahu bahwa mereka adalah ciptaan yang gemar menjalin.
Labu menjalin sulur pada pancang sedangkan laba-laba menjalin jaring di dahan-dahan batang. Keduanya tak bisa melata, sungguh takut dengan pemangsa yang tak kenal rasa kasih dan cinta. Mereka ajari hidup sederhana, yakni dengan menjalin. Mereka ajarkan agar aku bisa menjalin di tempat yang tepat dan dengan orang yang tepat. Tak lupa pula agar aku memerhatikan indra apa yang kujalinkan itu.
Dulu aku menjalin hanya dengan orang yang kumau. Sekarang, entahlah. Atas sebab itu jalinku sungguh rapuh. Aku mulai limbung dan ringkih. Aku hendak menjalin lagi. Menjalin rasa bahagia, ketetappendirian, rasa tanggung jawab, dan ke-Ilahian. Aku berusaha menjalin dengan baik, dengan tulus. Namun selalu ada yang menanggapinya dengan sekadar urusan di bawah dan atas perut. Aku sungguh hendak menjalinmu. Menjadikanmu sebagian dari diriku. Mohon, jangan lepaskan tali pengharapan dan jalinan cinta kasihku. Jangan kau regas perasaanku yang telah kuanugerahkan semua untukmu. Menjalinlah denganku, sebab kau adalah punca dan takdirku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H