Kulepaskan diriku dari masa lalu yang membebani dan memberatkan langkahku. Kulepaskan kegelisahan, kesukaran, kekhawatiranku terhadap masa depanku, yang membebani dan memberatkan perjuanganku. Kulihat namamu dan aku tergila-gila karenanya, maka biarkanlah aku menjadi gila karena mencintamu.
Kuhanya kan memerhatikanmu dengan sepenuh perhatianku. Sungguh, dengarkanlah baik baik lisanku. Tak kan pernah kau simak sedikitpun puji-pujianku kepadamu. Sebab siapa yang pantas dipuji selain Yang Mahaindah, yang telah menciptamu? Ketika kumendatangimu dengan diriku, kuberharap sungguh kau menempatkanku di satu sisi hatimu. Tak akan kukuasai jiwa dan pemikiran serta ragamu. Jangan sekalipun kau lupakan dan benciku, letakkanku di dalam perasaanmu yang tersembunyi. Biar jarang diingat namun tak pernah kau akan melupakanku.
Sebab kau jarang memajang gambarmu, kuselalu memerhatikan namamu setiap jam. Kuperhatikan saja namamu sambil kumenerka hal-hal yang kau kerjakan dan sambil kumenerka suara tawamu yang renyah dan membahagiakan. Hanya kuperhatikan namamu, kuperhatikan baik-baik dan saksama, lebih daripada kumemerhatikan purnama selama ini. Sungguh tak bisa kuandai-andaikan dirimu dengan apapun, bahkan dengan leluhurku sendiri.
Aku mencintaimu karena aku mencintaimu. Aku akan mencintaimu dengan cara yang baik, dengan sebaik-baik bentuk cinta padamu. Tuhan semesta alam akan mendukung cinta yang tulus ini agar kusegerakan padamu. Akan kudatangimu dengan sebaik-baik kedatanganku, terimalahku. Kubersungguh padamu dengan semua kesungguhanku. Telah lama kutunggu dirimu, sekarang kusampaikan dan kunyatakan cintaku padamu. Izinkanlah dirimu menjadi sebab-sebab kebahagiaanku dan akan kuikhlaskan pula diriku menanggung separuh hingga seluruh diri dan jiwamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H