Komunitas ASEAN/ Asean Community sebagai entitas bersama 10 negara-negara yang terletak di Asia Tenggara yang menyatukan diri dalam kesatuan komunitas ekonomi, sosial budaya, serta politik dan pertahanan ternyata telah memikat berbagai pihak.
Ternyata daya pikat sekitar 600 juta lebih penduduk Asia Tenggara ini telah menjelma bukan hanya menjadi kekuatan ekonomi regional yang di pandang penting tetapi juga menjadi daya pikat penyebaran ideologi keras bahkan beragam organisasi fundamental telah menyasar Asia Tenggara dan menjadi basis penyebaran pengaruh utama dengan Indonesia sebagai sebagai porosnya.
Sejak dulu Nusantara memang di kenal sebagai wilayah yang terbuka terhadap persahabatan dan perdagangan. Pertukaran nilai, budaya, agama, bahkan peradaban dapat terima dengan lapang dada. Hal ini dapat di lihat dari beragam kepercayaan baik Hindu, Budha, Kristen dan Islam telah mewarnai perjalanan peradaban di bumi nusantara sejak dulu sampai sekarang.
Globalisasi dan hidup dalam keberagaman bukanlah hal baru bagi rakyat negeri ini. Karena sejatinya rakyat Indonesia sudah hidup damai dalam keberagaman dan perbedaan sejak dahulu kala. Sejarah Sriwijaya, Mataram, Samudera Pasai mengkonfirmasi kebenaranan hal ini.
Memasuki 14 hari penyatuan negara-negara Asia Tenggara dalam Komunitas ASEAN/ ASEAN Community yang di tandai oleh penyatuan ASEANÂ sebagai satu kesatuan yang utuh baik sebagai entitas ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan langsung di uji oleh aksi teror bom yang menyebabkan korban tewas dan luka-luka pada Kamis kemarin (14/01/16) di sekitar Sarinah Jakarta Pusat.
Beragam analisis sudah di sampaikan oleh para ahli inteligen dan keamanan terkait aksi teror ini.
Bagi saya, yang pasti adalah Indonesia sebagai poros dan pusat dari Komunitas Asean dengan 60 persen populasi dan wilayah Asia Tenggara akan menjadi pusat tarik-menarik segala macam kepentingan regional.
Kompleksitas ini akan ditambah oleh bergabungnya Jepang, Korea Selatan, China, India, Australia dan New Zealan ke dalam Komunitas ASEAN.
Perubahan lingkungan strategis ini seyogyanya menjadi perhatian kita semua. Benar, para pahlawan telah menganugerahkan kemerdekaan kepada kita hanya dengan modal bambu runcing saja. Tetapi alangkah kurang bijak jika antisipasi tidak di lakukan memasuki era perdagangan bebas Masyarakt Ekonomi Asean beserta efek negatifnya. Sudah seharusnya kemerdekaan yang telah di raih digunakan kan dengansebagai modal awal dan membangun rencana yang baik dan terukur untuk sepenuh-penuhnya mensejahterahkan Rakyat Indonesia.
Aksi teror ini mungkin yang pertama pasca berlakunya Komunitas ASEAN. Sudah dapat dipastikan bahwa teror ini bukanlah yang terakhir.
Banyak sekali perebutan kepentingan yang akan berlangsung di waktu-waktu kedepan. Aksi teror sudah seperti produk barang dan jasa. Bisa di jual, di beli, di kirim, dan sebagainya. Tinggal menunggangi teror untuk kepentingan apa dan siapanya.