"Rumah kami kecil, cuman ber-type 36 saja. Satu kamar tamu, dua kamar tidur plus satu kamar mandi. Dapurnya belum ada, jadi sementara pakai dapur darurat saja di sisa tanah halaman belakang. Namun kami bahagia kok, biar kecil-kecil begitu, tapi Alhamdulliah kini kami sudah punya rumah sendiri”.
Menikah di tahun 2009, pintu gerbang untuk mengarungi biduk rumah tangga kecil ini telah dibuka. Sejak saat itu pelajaran berkeluarga dimulai dari nol kecil. Satu diantara pekerjaan rumah dari pelajaran itu adalah adanya harapan untuk menikmati kehidupan sempurna bersama keluarga kecil mandiri kedepannya. Meski harapannya masih dalam bentuk khayalan.
Salah satunya mengkhayalkan punya rumah sendiri plus isinya, jika boleh ditambah mobil deh. Saya yakin, khayalan seperti itu wajar dong, membayangi semua pasangan suami-istri yang baru menikah ya, termasuk saya.
Namun hal itu tidak-lah semudah membalik telapak tangan ini, dengan harga rumah yang selangit ditambah lagi susahnya mendapatkan uang diluar penghasilan pokok. Namun kalau sekedar hanya mimpi sih tidak mengapa, itu gratis. Semua pasti bisa
Mimpi itu menjadi-jadi. Jikalau membeli rumah dengan kisaran harga Rp300 juta-an itu cash pada saat itu juga. Pasti perlu waktu lama untuk menabung, mengumpulkan uang sebanyak itu. Sementara pada faktanya kami masih menetap tinggal bersama mertua.
Kesabaran memang mesti berujung dan terus akan diuji pada awal bekeluarga. Namun keinginan segera memilki rumah terus mengental. Meski nantinya fakta pula yang harus berhadapan dengan bank. Mendengar kata Bank, di benak kami bergejolak karena tentu akan dihadapkan dengan masalah besar riba.
Keluarga kami sampai saat ini memegang teguh ajaran agama kami yakni islam, yang mendoktrin untuk menjauhi larangan riba di dalam kehidupan ini.
Riba itu bagi kami seolah menjadi tembok besar mewujudkan mimpi tadi. Namun, keinginan yang kental mendorong kami untuk mencari tahu tentang per-kreditan anti-riba secara mendalam. Perjuangan memang butuh pengorbanan kan?.
Namun akhirnya bank syariah mandiri memberikan harapan dan keyakinan untuk membantu kami menikmati fasilitas KPR Syariah pada saat itu.
Eh, ternyata keinginan saja, tidaklah cukup. Persyaratan untuk mendapatkan fasilitas KPR itu, ternyata alot bin susah. Ada persyaratan financial yang harus dilengkapi. Seperti pendapatan gaji kami. Jika dihitung pada saat itu gaji suami saya tidaklah mencukupi, karena harus ber-gaji Rp 7-9 juta rupiah perbulan.