Hasil sementara Pilihan Raya Umum di negeri jiran Malaysia, partai pemerintah Barisan Nasional tetap masih unggul dari partai oposisi, koalisi Pakatan Raya. Hingga perhitungan kemarin malam, kendati persaingan lumayan ketat. Namun, partai pemerintah dipastikan tetap meraih kemenangan.
Kemenangan Barisan Nasional sekaligus membuat partai koalisi pemerintah ini telah berkuasa selama hampir 56 tahun. Dalam perspektif demokrasi, sudah barang tentu, hal ini bisa disebut set-back dan tidak sejalan dengan tradisi berpolitik di era modern.
Di sisi lain, bisa disebut Indonesia masih jauh lebih unggul dibanding Malaysia, jika ukurannya adalah keberhasilan melakukan reformasi di bidang politik. Setelah runtuhnya kedigdayaan rezim Soeharto setelah 32 tahun berkuasa, sejak itu tidak ada lagi partai yang benar-benar dominan.
Pasca reformasi, selalu terjadi pergeseran dominasi partai politik di Indonesia, dimulai dari kemenangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri (1999). Kemudian, menyusul comeback gembilang Partai Golkar di bawah kepemimpinan Akbar Tanjung (2004).
Selanjutnya muncul parpol baru dinakhodai Susilo Bambang Yudhoyono. Partai Demokrat gantian menjadi pemenang pada Pemilu 2009. Namun, dominasi Partai Demokrat hampir bisa dipastikan segera berakhir, akibat banyaknya elite partai itu kesandung kasus korupsi, dan diperparah dengan ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinan SBY selama dua periode menjadi Presiden RI.
Pertanyaannya, kenapa di negeri jiran Malaysia, kelihatannya sangat sukar mewujudkan reformasi di bidang politik ? Padahal, dedengkot Partai Oposisi selama ini, Anwar Ibrahim sudah berjuang ekstra keras menggusur dominasi Barisan Nasional ? Bahkan, perlawanannya juga banyak memperoleh dukungan dari luar, termasuk dari Indonesia.
Agaknya salah satu faktor penting pembeda sikap dan pilihan politik rakyat Indonesia dengan Malaysia, terkait dengan kesejahteraan di bidang ekonomi. Dengan kata lain, selama berada di bawah kepemimpinan rezim berkuasa (Barisan Nasional), rakyat negeri jiran itu, sudah relatif makmur dan sejahtera kehidupannya.
Sebaliknya, kehidupan ekonomi rakyat Indonesia yang masih karut-marut, menjadi salah satu penyebab, sikap politik masyarakat Indonesia gampang berubah dan terlalu mudah dininabobokkan janji-janji manis parpol dan calon pemimpin baru.
Karenanya, reformasi politik dan pergantian dominasi parpol demikian mudah terjadi di negeri kita. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di bidang reformasi, kita boleh saja unggul dari Malaysia, namun di sektor peningkatan kesejahteraan rakyat dan kualitas SDM, kita tetap jauh tertinggal.
http://harianandalas.com/Editorial/Soal-Reformasi-Indonesia-Ungguli-Malaysia