Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Revolusi dari Desa: Saat Reaksi Fusi antara Konsep dan Implementasi Menghadirkan Formulasi

29 November 2014   20:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul : Revolusi dari Desa, Saatnya Dalam Pembangunan  Percaya Sepenuhnya Kepada Rakyat

Penulis: DR. Yansen TP., M.Si (Bupati Malinau periode 2011 - 2016)

Editor: Dodi Mawardi

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Tahun penerbitan: 2014 (Cetakan pertama)

Jumlah halaman: xxviii+180

ISBN: 978 - 602 - 02 - 5099 - 1

Bukan dengan teori muluk, konsep rumit atau ide yang seutuhnya baru, buku ini justru hadir dengan bersahaja namun mampu menumbuhkan nalar serta sudut pandang baru dan ‘membumi’ mengenai konsep pembangunan. Ide mengenai pembangunan komunitas (community development) merupakan ide yang sudah berulang kali diulas dalam sejumlah buku seperti dalam ‘Community Development’ karya Jim Ife dan Frank Tesoreiro atau buku ‘Pembangunan Desa’ karya Robert Chambers. Yang membuat buku ini beda adalah formulasinya. Pemikiran yang tertuang dalam teori mampu Penulis sandingkan dengan fakta dan upaya nyata yang dilakukan oleh penulis sendiri terhadap komunitasnya di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Perkawinan antara ide seorang yang faham teori dengan aplikasi serta jejak langkah seorang yang telah terjun langusng seperti disatukan dalam reaksi fusi yang padu dan sinergis .

Formulasi antara ide dan aplikasi ini membuat pembaca dapat memahami serta percaya bahwa ide yang ditawarkan pada bagian awal buku kemudian dituangkan dalam sebuah gerakan ‘Gerdema’ (Gerakan desa membangun) merupakan ide yang layak diperhitungkan sebagai sebuah pendekatan pembangunan. Nama yang diambil cukup unik, ‘Gerakan desa membangun’ bukan ‘gerakan membangun desa’ karena selanjutnya penulis akan mengalirkan ide segar mengenai sebuah komunitas (desa, sebagai subjek) yang mampu membangun dirinya sendiri secara mandiri namun tetap melalui sinergi dengan stakeholders. Penulis begitu mafhum dengan segala konsep yang ditawarkan dalam setiap halaman karena Penulis sendiri yang telah ‘membumikan’ konsepnya dalam sebuah upaya nyata.

Saat membuka dan menelaah halaman-halaman awal buku, pembaca akan dihadapkan pada konflik pemahaman yang sengaja dimunculkan oleh penulis untuk menggali kembali daya nalar pembaca mengenai konsep pembangunan. Dalam bab I, dijelaskan mengenai beragam kesalahan dalam memandang pembangunan. Pembangunan yang awalnya hanya dipandang sebagai langkah politis yang populis serta dilakukan secara top down nyatanya belum mampu juga mensejahterakan rakyat kendati pembangunan sudah berlangsung puluhan tahun. Pembangunan seperti yang dilakukan pada jaman orde baru -atau bahkan terjadi hingga kini- masih berorinetasi pada indikator pertumbuhan ekonomi (GNP, GDP, atau pendapatan per kapita) sehingga belum mampu membangun masyarakat secara riil. Penulis secara lugas berpendapat bahwa pola pembangunandari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (forthe people, from the people, and by the people) yang selama inidigaungkan, belum dapat diwujudkan . Desa, sebagai satuan terkecil masyarakat selama ini dipahami sebagai objek pembangunan, seharusnya desa ditempatkan sebagai subjek yang turut mengambil peran besar agar mereka mampu berdiri tegak diatas kaki mereka sendiri.

Penulis ‘menggiring’ kembali pembaca agar menyelami lebih dalam mengenai bagaimana membuat desa mampu berdiri tegak di atas kaki mereka sendiri. Desa yang berdaya melalui pembangunan yang berlandaskan partisipasi yang efektif, efisien, dan dinamis. Seperti yang tertuang dalam halaman 17 perihal bagaimana seharusnya pembanguna dilaksanakan. Bab II menyuguhkan haluan pembangunan Kabupaten Malinau yang dicapai melalui pendekatan partisipatif pelaku sekaligus penikmat pembangunan itu sendiri. Penulis beranggapan bahwa program Gerdema seperti halnya program pembangunan lain, akan dapat terukur hasilnya jika berlandaskan visi yang jelas, dijabarkan ke dalam misi, dirumuskan melalui arah kebijakan pembangunan yang jelas, dioperasionalisasikan ke dalam berbagai program dan kegiatan, serta dilaksanakan melalui partisipasi yang efektif, efisien, dan dinamis

Gerdema sebagai sebuah konsep pendekatan baru pembangunan komunitas lebih dalam diutarakan dengan apik pada Bab III dan IV. Penulis kembali menegaskan bahwa kesalahan dalam pembangunan berawal dari sekelompok permasalahan yang kompleks, salah satu yang paling fatal adalah menempatkan desa sebagai objek pembangunan negara, desa dipandang sebagai sistem yang perlu menerima input dan mematuhi segala aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Gerdema dijabarkan dalam terminologi ‘Revolusi dari Desa’, hal ini karena Gerdema merupakan gagasan agar pembangunan mengarah pada konsep bottom-up. Penulis kembali menegaskan secara lugas bahwa Desa adalah  Pusat Titik Perhatian (Fokus) dan Tempat Gerakan (Lokus) dari Pembangunan.  Pada bagian ini pula Penulis mengulas secara berimbang mengenai secercah harapan kemajuan dalam pembangunan desa yang telah dikatalisasi oleh UU No. 6 mengenai Desa.

Pada bab-bab selanjutnya, Penulis menuangkan konsep mengenai hubungan kelembagaan desa dan profil desa itu sendiri. Penulis sadar bahwa Gerdema akan berjalan dengan mulus jika semua pihak paham dengan konsep desa serta konsep hubungan antar lembaga desa. Kemudian Penulis dengan runut menjabarkan mengenai langkah-langkah pelaksanaan program Gerdema. Agar mampu berhasil, Gerdema perlu di-manage dengan baik. Sebagai sebuah bentuk pergerakan, langkah-langkah manajemen umum diterapkan dalam pelaksanaan Gerdema. Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan. Keempat elemen tersebut dibicarakan bersama antara perangkat desa, pemerintah daerah serta stakeholders lain yang berkaitan. Sebagai seorang yang mengerti, tahap-tahap serta cetak biru dalam setiap tahapan tersebut dikemas ringkas namun tetap utuh ke dalam langkah-langkah pelaksanaan program Gerdema.

Setelah menyelami konsep demi konsep dan pandangan dari penulis, buku diakhiri dengan apik oleh bab tersendiri yang memaparkan bukti nyata keberhasilan partisipasi masyarakat desa melalui gerakan Gerdema. Revolusi besar-besaran terhadap perencanaan desa, pendanaan serta pendayagunaan aparat desa terjadi secara progresif. Hal ini diikuti dengan revolusi kepemimpinan desa serta proses demokrasi yang kian membaik karena hubungan kelembagaan mampu diasuh dengan sangat telaten melalui Gerdema. Hal terpenting yang tak boleh ketinggalan turut terdampak adalah perekonomian. Geliat ekonomi ini ditandai dengan Peredaran uang semakin cepat serta pembangunan sarana dan prasarana yang semakin berkembang. Hal ini dibuktikan memalui survey dalam monitoring dan evaluasi, sebanyak 77,85% masyarakat menyatakan bahwa Gerdema mempunyai dampak positif pada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Disertai dengan lampiran foto-foto keberhasilan Gerdema, buku ini mengguggah pembaca untuk mendalami ruang demi ruang bab tentang bagaimana momen dalam foto tersebut bisa terjadi. Buku yang terdiri atas halaman utama sebanyak 180 halaman ini dilengkapi dengan catatan khusus untuk poin-poin penting di beberapa bagian. Namun pembahasan yang dinilai agak panjang seperti alur mekanisme manajamen Gerdema perlu dituangkan dalam bagan maupun flow chart sehingga pembaca awam pun mampu memahaminya dengan mudah. Di penghujung setiap bab tidak disertakan kesimpulan singkat mengenai bab yang telah dibahas padahal kesimpulan tersebut dapat menjadi ‘jembatan’ antara bab satu dengan bab yang lain.

Dengan latar sebagai seorang akademisi, praktisi sekaligus politisi Penulis menyuguhkan buku ini dengan amat berimbang. Ide modifikasi mengenai community development mampu diulas dengan tajam namun runut disandingkan dengan langkah nyata yang sudah dilaksanakan dan meraih hasil yang gilang gemilang. Dari segi akademis, buku ini menawarkan ilmu baru mengenai pembangunan kepada pembaca yang bahkan tidak menekuni bidang manajemen pembangunan. Dari segi praktis buku ini mampu memberi inspirasi kepada kepala-kepala daerah lainnya mengenai bagaimana mengenal ciri khas lokal dan menegakkan pilar pembangunan yang berlandaskan kekhususan lokal tersebut. Meski tidak diterangkan secara panjang lebar namun poin penting yang membuat Gerdema lahir dan berkembang hingga kini adalah kehadiran seorang pemimpin yang mau bekerja dan mampu menjadi teladan bagi masyarakatnya. Kepemimpinan seperti ini lah yang akhir-akhir ini sulit sekali ditemukan ditengah gersangnya gurun politis yang sarat tendensi, namun kemudian buku Revolusi Desa hadir sebagai salah satu oasenya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun