Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengunjungi Selat Sunda, Mengenang Kedahsyatan Anak Krakatau

23 Agustus 2014   08:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:47 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krakatau menjadi bahan perbincangan banyak ilmuan dan sejarahwan vulkanik dunia, bagaimana tidak, ledakannya pada Akhir Agustus 1883 menjadi ledakan terkuat sepanjang sejarah modern umat manusia, membuat gunung itu lenyap oleh ledakanya sendiri. Dengan bekal nekat dan persiapan dadakan, saya beserta Tim ekspedisi krakatau yang beranggotakan 3 orang rekan kantor, mencoba menjajaki perjalanan mengunjungi anak legendaris ini, The child of Krakatoa! Krakatau sebenarnya bisa diakses melalui Anyer via pulau Umang, namun, perjalanan ini memakan banyak biaya, karena menurut penduduk sekitar, resort di pulau Umang jauh lebih mahal dan biasanya rute ini diambil oleh explorer dengan kemampuan ekonomi menengah keatas. Kami pilihlah rute Merak-Bakauheni-Canti-Sebesi. Bergabung dengan teman-teman dari salah satu travel di Backpacker Indonesia, perjalanan dimulai dari Pelabuhan Merak. Lagi-lagi, perjalanan malam akan menjadi pilihan alternatif yang cerdas, kenapa? Karena kita tidak akan dengan cerobohnya membuang waktu siang yang cerah hanya dengan perjalanan diatas Fery bukan. Dari Bakauheni, perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan berbukit sepanjang pesisir Lampung Selatan, bergerak ke arah utara menuju dermaga Canti, memakan waktu sekitar 1 setengah jam. Dari dermaga Canti, perjalanan dilanjutkan dengan berlayar menuju Pulau Sebesi yang  memakan waktu sekitar 2 jam (karena menggunakan kapal lambat). Di Pulau Sebesi ini lah disediakan banyak Home Stay yang bisa kita sewa dengan harga cukup terjangkau, plus disediakan makan juga. Pulau Sebesi merupakan pulau dengan Gunung Sebesi ditengah pulaunya, pulau subur ini dihuni sekitar 200 Kepala Keluarga asal Cilegon, Merak dan Lampung Itu sendiri. Hasil kopra dan kakao serta keramahan warganya menjadi daya tarik tersendiri di pulau ini. Namun, Tak banyak pesona laut yang bisa dieksplor disini, mengingat pasir pantai dan perairan disekitar Sebesi sudah mulai tercemar limbah domestik. Setelah beristirahat sejenak di Sebesi, perjalanan eksplorasi pulau-pulau spektakuler bisa kita lanjutkan ke Pulau Kumang-Kumang. Pulau kecil ini berada di arah Timur Sebesi, berjarak hanya 30 menit perjalanan laut. Pulau Kumang-kumang memiliki tekstur pasir yang agak kasar namun sangat bersih dan berwarna putih sempurna. Beberapa batuan hasil erupsi gunung berapi berhasil mendekorasi pulau ini hingga terlihat seperti Belitung mini ditengah selat Sunda.

Di atas batuan vulkanis, di Pulau Kumang-Kumang. (Foto: Dokumen pribadi)

image
image
Pulau Kumang-kumang, masih asli, tak terjamah. (Foto: Dokumen pribadi) Sayangnya, di pulau Kumang-kumang kita tidak bisa melihat sunset dengan sempurna, karena matahari akan hilang di balik Gunung Sebesi di sebelah Barat. Di sekitar Pulau Kumang-kumang terdapat banyak spot snorkeling yang cukup bagus. Beberapa terumbu karang disini sengaja ditanam oleh dinas setempat sehingga terus dilakukan perbaikan terumbu karang yang hancur akibat nelayan dan kapal besar. Setelah seharian menjajaki pulau-pulau sekitar Pulau Sebesi, Objek utama perjalanan kali ini, Gunung Krakatau dikunjungi keesokan harinya. Berjarak 2 jam perjalanan laut ke arah Tenggara (saya kurang tahu persis berapa Km tepatnya anak Krakatau terletak dari Sebesi), pulau Anak Krakatau paling sempurna dikunjungi saat dini hari, di sepanjang perjalanan, kita akan disuguhi pemandangan sunrise yang sangat dramatis. Jika kita berangkat Pukul 04.00 dari Sebesi, kita akan sampai ke pulau Anak Krakatau sekitar Pukul 06.00, namun sebaiknya berangkat lebih awal, karena sunrise di atas Krakatau akan lebih menawan. Jika pengunjung beruntung, beberapa kawanan Lumba-lumba akan menyambut kapal-kapal yang bergerak menuju Anak Krakatau.

image
image
Pemandangan Horison langit, sekitar pukul 05.30, di Selat Sunda.(Foto: Dokumen pribadi) Untuk memasuki Pulau Anak Krakatau, setiap orang harus mengantongi ijin Dinas Kehutanan. Pulau Anak Krakatau dinobatkan sebagai salah satu cagar alam dan termasuk pulau yang sangat dilindungi, terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan vulkanologi. Sehingga perlu persiapan khusus untuk mengkoordinasikan perijinan ini, tentunya dibantu oleh beberapa warga sekitar. Anak Krakatau sendiri merupakan sebuah gunung yang  muncul setelah letusan Krakatau 1883. Pada 29 Desember 1927 ketika sejumlah nelayan dari Jawa menyaksikan ada uap dan abu muncul dari kaldera, saat itulah  mulai muncul suatu gundukan yang menyerupai gunung yang semakin meninggi dan aktif. Pada saat ledakan tahun 1883, Krakatau besar sendiri hancur menyisakan pulau Panjang, Sertung dan Rakata.

image
image
Pemandangan Sunrise di Krakatau. Dari Kiri: Pulau Panjang, Rakata, Nak Krakatau dan Sertung. Dahulu Ketiga Pulau ini adalah satu kesatuan, bernama Krakatau. Hancur Karena ledakan 1883. (Foto: Dokumen pribadi) Ditengah-tengah kawah purba itu terbentuk kawah kecil yang menjulang dan terus bergerak tumbuh menjadi Gunung Anak Krakatau dengan kecepatan sekitar 6m Pertahun. Kini, Anak Krakatau memiliki tinggi 305 m diatas permukaan laut, terus tumbuh mungkin bisa melampaui induknya dulu yang memiliki tinggi 830 m. Puncak krakatau terus menghembuskan awan dan asap belerang yang menjulang beberapa meter ke atas langit. Bibir kawah diselimuti rekahan-rekahan belerang berwarna putih kekuningan dan jika kita cukup  beruntung pengunjung akan melihat beberapa muntahan lava pijar disekitar bibir kawah.

image
image
Pulau Anak Krakatau, sebelah Barat terdiri atas hutan perintis,  banyak vegetasi. Sedangkan pijaran dan luapan debu terkonsentrasi ke arah Barat dan Selatan. (Foto: Dokumen pribadi) Trek di atas punggung krakatau relatif mudah, hanya lautan pasir dan beberapa kerikil karst asam yang cukup menganggu perjalanan, serta batuan bekuan dalam dan luar yang mungkin dulunya terlontar dari dalam kawah. Pendakian hanya diperbolehkan mencapai punggung gundukan pertama disebelah Timur, lebih atas lagi, pendakian hanya diijinkan untuk alasan riset demi menjaga keamanan pendaki. Pendakian ditempuh dalam waktu hanya 60 menit hingga sampai di punggung timur. Pendakian akan melewati padang tanaman perintis seperti pinus dan beberapa spesies berdaun jarum lainnya. Beberapa meter dari vegetasi, semua yang ditemui hanya  lautan pasir kehitaman dan batu kerikil, pada ketinggian beberapa belas meter saja, sudah tidak ada lagi vegetasi yang tumbuh di lereng Krakatau.

image
image
Trek di Lereng,  Menuju Punggung Anak Krakatau.(Foto: Dokumen pribadi) Di Puncak, pemandangan laut, pantai dan vegetasi berpadu dengan pemandangan gugusan pulau vulkanis yang seakan sengaja dihamparkan untuk menambah keindahan selat sunda yang legendaris ini. Belum lagi Langit dan matahari yang lambat-lambat mulai menghangatkan para pendaki diatas Krakatau, menjadi spot yang sangat menawan untuk berfoto. Jangan lewatkan kegiatan snorkling di sekitar pulau Rakata, dengan air yang jernih dan ombak yang tenang, kita bisa melihat beberapa jenis terumbu karang dan ikan karang disekitar lautan dangkal Pulau Rakata. Meski tak begitu beragam, namun terumbu karang disini cukup menarik dan terjaga apik.

image
image
Spot Snorkeling di Sekitar Rakata (Foto: Dokumen pribadi) Sayangnya di beberapa spot disekitar pulau Anak Krakatau ditemukan banyak sampah , sangat disayangkan mengingat keindahan Krakatau ini baru bisa terbentuk setelah 130 tahun tersuksesi. Beberapa warga sekitar, local guide kami misalnya sudah memiliki kesadaran tinggi terhadap kelestarian dan kebersihan kawasan Cagar Alam Krakatau ini, tinggal didukung kesungguhan pengunjung serta komitmen pemerintahan terkait guna menjaga agar warisan alam Indonesia ini masih bisa dilihat keelokannya oleh anak cucu kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun