Mohon tunggu...
Rizqi Saputra
Rizqi Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - indonesian 100%

what i think what i write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Emas di Balik Konflik Rakhine

22 Februari 2018   11:06 Diperbarui: 22 Februari 2018   11:30 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Myanmar secara geologis  merupakan negara kaya, memiliki industri skala besar. Diantaranya mineral yang meliputi logam dasar, mineral industri, permata dan sumber energi lain yang langka. Cadangan minyak mentah yang terdapat di Myanmar menjadi target tersendiri bagi beberapa negara untuk mengambil sumber daya alam ditambah dengan lokasi yang cukup strategis sebagai penghubung Asia Selatan dan Tenggara . Dari daerah tersebut salah satunya merupakan daerah Rakhine.

Rakhine merupakan daerah yang dihuni oleh etnis Rohingya, sebuah etnis minoritas yang tidak diakui sebagai warga Myanmar sejak 1982 saat Junta Militer Myanmar mulai berkuasa. Sejak saat tersebut konflik terus terjadi dan tidak dapat dihindari, ratusan ribu penduduk mengalami penyiksaan, pereksekusi dan mengungsi ke negara lain. Ditambah dengan adanya konflik  Geopolitik di dalamnya, saat ini Rakhine State disebut sebagai new frontier of oil and gas exploration and production yang hampir 70% produksi nya dikuasai oleh asing terutama China. Hal ini membuat China membangun oil pipe dari China sampai ke garis pantai Burma.

China dan USA sebagai dua negara raksasa memiliki kepentingan didalamnya untuk menguasai hal tersebut, mustahil bagi Myanmar sebuah negara kecil berani melakukan pembantaian tanpa adanya dukungan dari negara raksasa. Dengan adanya kepentingan dibalik dua negara tersebut persoalan di Rakhine merupakan bukti nyata adanya perang proxy, yang menjadikan pembantaian etnis menjadi alasan untuk penguasaan wilayah.

China punya kepentingan di daerah Myanmar negeri Tirai Bambu sedang menguasai offshore di daerah Rakhine dibuktikan dengan mendirikan perusahan CNOOC dan CNPC . Sikap diam China menunjukkan adanya kepentingan bisnis di Rakhine, menurut beberapa diplomat secara diam diam China menyetujui adanya pelanggaran HAM di Rakhine sehingga tidak memberikan respon positif akan tindakan apa yang akan Myanmar lakukan terhadap konflik di negaranya.

USA punya strategi lain dengan menerapkan kebijakan privot to Asia yaitu dengan merencanakan akan memblokir impor minyak Negeri China pada masa krisis dan dengan membantu negara Asia Tenggara dalam kasus laut china selatan serta dengan dugaan bantuan kepada tentara ARSA di Rakhine agar mendapat simpati dari warga Rakhine untuk mendapat pengakuan dari Myanmar dan membantu kekuasaan NLD di pemerintahan. Dilihat dari sejarahnya, Obama merupakan presiden Amerika pertama yang berkunjung ke negara Myanmar .

Dalam hal ini sikap Amerika Serikat maupun China kepada Myanmar untuk memberikan pengaruh di wilayahnya untuk menguasai ladang minyak di Rakhine. Faktor Geopolitik dan Ekonomi memperjelas hubungan yang solid antara China -- Myanmar. Junta Militer merupakan proxy dari China untuk menguasai daerah strategis di wilayah Myanmar, sedangkan USA menggunakan alat " ARSA dan NLD" untuk memperoleh pengakuan etnis Rohingya sebagai warga negara Myanmar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun