Bono berasal dari cerita masa lalu, cerita ini sudah menjadi cerita turun temurun, dahulu ketika masyarakat Pelalawan (Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, kemudian mereka menggunakan tongkang ketika tiba, Embun. Tongkang laut (Teluk Meranti) yang mereka gunakan di dunia laut.
Bono atau diberkati (bahasa Inggris: Tidal bore) adalah gelombang atau gelombang yang terjadi di Sungai Kampar Hilir atau lebih dikenal di Semenanjung Kampar, lebih tepatnya di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Menurut Yulistiyanto, gelombang Bono merupakan fenomena alam yang terjadi akibat menyatunya arus sungai dengan lautan yang masuk ke sungai akibat pasang surut.Â
Bono hanya ada di Kabupaten Pelalawan, Desa Teluk Meranti. Terletak di 0.08.39.29 Lintang Utara dan 102.33.48.50 Bujur Timur. Gelombang  terbesar biasanya terjadi pada musim hujan ketika debit air Sungai Kampar cukup besar, yaitu sekitar Oktober, November dan Desember.Â
Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan perairan sungai Kampar, sehingga muncul gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi sehingga menimbulkan suara seperti guntur dan angin kencang.Â
Gelombang Bono disebabkan oleh tiga arus yang berasal dari Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan arus Sungai Kampar. Akibat tumbukan tersebut, gelombang muara sungai Kampar bisa mencapai ketinggian 4-5 meter, dan referensi sebelumnya bergemuruh hebat.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya gelombang Bono, yaitu Air sungai mengalir ke muara,hujan, Posisi bulan,Kedalaman air dangkal yang tinggi. Saat gelombang Bono sedang memuncak, ada beberapa festival dan juga banyak turis asing yang berkunjung dan mendarat atau bahkan berselancar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H