Binatang pengerat tikus adalah organisma pengganggu tanaman (OPT) padi yang paling ganas. Keganasannya, dibandingkan dengan OPT lainnya mendominasi 30 persen. Oleh karena itu, kasus gagal panen padi, 30 persen di antaranya disebabkan oleh serangan hama tikus.
KPw BI Purwokerto menyadari betul keganasan OPT ini di persawahan. Jika keganasannya dibiarkan berlarut-larut, maka dapat mengakibatkan ketidaklancaran pasokan beras. Ketidaklancaran pasokan beras, jika dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan harga beras membubung tinggi. Sedangkan harga beras yang terus-menerus membubung tinggi akan menyebabkan tingginya kenaikan angka inflasi. Sebab, beras merupakan kebutuhan pokok yang paling dibutuhkan di antara kebutuhan pokok lainya, maka kenaikan harga beras akan menjadi penyebab utama tingginya angka inflasi. Di antara komponen harga kebutuhan pokok lainnya, 30 persen kenaikan angka inflasi disebabkan oleh kenaikan harga beras.
Mengingat salah satu tugas utama BI adalah dalam bidang moneter, KPw BI Purwokerto sebagai motor Tim Pengendalian Inflasi Daerah di (TPID) Kabupaten Banyumas, Selasa, 23/08/2016, bertempat di tengah persawahan milik Kelompok Tani Marga Jaya Desa Pegalongan, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, Kepala KPw BI Purwokerto Ramdan Denny Prakoso melakukan peletakkan batu pertama, tanda dimulai pembangunan 14 unit rumah burung hantu (Rubuha). 14 unit Rubuha itu mendapat bantuan dana 20 juta rupiah dari KPw BI Purwokerto. Sedangkan para petani mengkontribusikan tenaga pengerjaannya.
Seremonial peletakan batu pertama itu juga dilakukan bersama-sama dengan Wakil Bupati Banyumas Budi Setiawan dan Dandim 0701 Banyumas Letkol Inf. Erwin Ekaginta Yuana. Disaksikan oleh Kepala Bulog Sub Divre Banyumas Setio Wastono, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas Tjutjun Sunarti Rochidie, Kepala Bapeluh dan KP Kabupaten Banyumas Widarso, Muspika Patikraja, Perangkat Desa Pegalongan, Kelompok Tani Marga Jaya Desa Pegalongan dan segenap masyarakat desa Pegalongan.
“KPw BI Purwokerto untuk pertama kali mendorong para petani mengadakan uji coba mendirikan Rubuha sebanyak 50 – 60 unit, di persawahan desa Mrenek, desa Maos Kidul, Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. Setelah ada Rubuha, ternyata persawahan yang mendapatkan percontohan pengendalian hama tikus dengan mendirikan Rubuha itu terbukti menjadi persawahan yang paling produktif di Kabupaten Cilacap,” klaim Denny.
Oleh sebab itu, keberhasilan uji coba pendirian Rubuha di persawahan desa Mrenek dan desa Maos Kidul itu menginspirasi KPw BI Purwokerto mendorong para petani yang tergabung dalam kelompok tani di Kabupaten Banyumas untuk mendirikan Rubuha, pada lahan yang luasnya kurang lebih 200 hektar. Denny mengharapkan, kalau semuanya sudah jadi, mudah-mudahanan bisa diresmikan secara bersama-sama.
Saat ini, Rubuha di wilayah Kabupaten Banyumas berada di persawahan Kelurahan Kebokura, desa Lebeng, desa Karanggedang dan di desa Pandak Kecamatan Sumpiuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H