Mohon tunggu...
Hari Utami Dewi
Hari Utami Dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengimbasan Aksi Nyata Budaya Positif

3 September 2022   16:13 Diperbarui: 3 September 2022   16:26 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok.Pribadi

Latar Belakang Masalah

Penerapan disiplin di sekolah tentunya tidak akan berjalan sempurna dan sesuai harapan, tetapi itu bukan dijadikan kelemahan sebaliknya dilihat secara positif. Karena sejatinya penerapan disiplin di sekolah yang tidak berjalan lancar ada beberapa warga sekolah yang belum menyadari hakikat kedisiplinan, yang menganggap disiplin adalah hal berat dan membebani. 

Maka saya sebagai guru selain memberikan teladan juga harus mempengaruhi pola pikir-pola pikir mereka yang salah menjadi baik dan sadar. Maka perlu ada evaluasi, benarkah pelaksanaan kedisiplinan di sekolah  sudah merangkul kebaikan pada semua pihak? jangan-jangan hanya berlaku pada murid saja, sehingga menimbulkan ketimpangan dan ketidakselarasan. Maka aturan kedisiplinan yang tepat, adil sesuai dengan kapasitas dan kewajiban para warga sekolah dan hak-haknya tidak terabaikan.

Mendisiplinkan anak berawal dari kekuatan diri untuk menjadi teladan atau contoh, anak meniru dari orang yang lebih baik dan berharga dari dirinya. Peniruan ini menghasilkan karakter dari apa yang dilihatnya dan didengarnya. Kedisiplinan bukan berati sempit dipandang sebagai aturan keras yang membelenggu dan memberi hukuman, melainkan kedisiplinan adalah pengejewantahan dari tanggung jawab dan kontrol diri. 

Apabila ada murid yang melanggar kedisiplinan hendaknya ada aturan tertulis terlebih dahulu, sehingga tidak memberikan sanksi asal-asalan. Dalam aturan kedispilinan di sekolah harus termuat secara gamblang dan terperinci sekaligus sanksi bagi yang melanggarnya

 Kedisiplinan merupakan faktor penting di dunia pendidikan khususnya di sekolah. Sekolah jangan seperti hukum rimba, siapa yang kuat dia yang berkuasa. Tetapi kedisiplinan di sekolah disepakati bersama untuk tujuan bersama yang mengedepankan asas keadilan. 

Menanamkan kedisiplinan dari faktor intrinsik itu lebih efektif karena ditimbulkan dari rasa tanggung jawab, pemahaman diri, dan self kontrol yang kuat. Maka sekolah akan indah dan damai seandainya seluruh stake hoder sekolah memandang kedisiplinan bukan sebuah beban tetapi mengandung kebaikan bersama.

Nilai-nilai kebajikan ditimbulkan dari motivasi intrinsik yang bersumber dari kontrol diri. Ketiga elemen tersebut merupakan relevansi sebab akibat untuk mewujudkan perilaku yang luhur. Nilai-nilai kebajikan universal bisa tertanam kuat dengan pembiasaan sehari-hari. Tidak terlepas dari nilai-nilai agama sebagai landasan pokok dan dasar dari nilai-nilai kebajikan. sesungguhnya nilai-nilai agama sebagai pengendali moral manusia untuk tetap bertahan berjalan di tengah kekerosotan moral yang memprihatinkan.

Murid sekolah mengalami fase perkembangan secara psikologisnya, tentu murid masih belum matang dalam berpikir dan bertindak, sesuai dengan fasenya maka saya memaklumi bahwa mereka lebih condong mendapatkan motivasi eksternal. Upaya yang dibentuk dari lingkungan agar kebiasaan-kebiasaan baik menjadi karakter dan menjadi budaya positif. Peran motivasi eksternal sangat dominan dalam mendasari perilaku murid di sekolah saya

Dalam menanamkan disiplin positif pada murid-murid, saya menggunakan strategi keteladanan. Sedikit berbicara tetapi banyak berbuat positif. Banyak bicara tapi tidak memberi contoh kedisiplinan maka nonsens. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun