Kelly Tremblay, profesor audiologi di University of Washington, menjawab: ". Instan" Jawabannya adalah Otak mampu mendeteksi suara yang diamplifikasi segera setelah pemasangan alat bantu dengar, asalkan kerusakan tidak terlalu signifikan.
Biasanya, bila suara memasuki telinga, informasi yang disampaikan akustik dari telinga ke otak melalui sel-sel saraf, yang disebut neuron. Manakala suara makin keras neuron mendapat rangsangan secara bersamaan, yang pada gilirannya memungkinkan otak untuk mendeteksi perubahan volume. Sebuah alat bantu dengar bertindak sebagai mikrofon, memperbesar volume suara yang masuk telinga. Alat bantu dengar yang banyak digunakan pada orang yang menderita gangguan pendengaran karena kerusakan sel-sel rambut, sel-sel sensor kecil di telinga bagian dalam. Sel-sel rambut sehat dapat mendeteksi suara yang diperbesar dari alat bantu dengar dan mengubahnya menjadi sinyal saraf. Tetapi semakin besar kerusakan sel-sel rambut seseorang, kerugian pendengaran semakin parah dan membutuhkan semakin banyak alat bantu dengar agar lebih baik. Alat bantu dengar dapat membantu jutaan orang menguraikan suara mereka lebih baik dibandingkan tidak bisa mengakses seperti sebelumnya, tetapi perangkat ini tidak membantu setiap orang untuk tingkat yang sama. Itu karena meskipun alat bantu dengar membuat suara lebih keras, mereka tidak memperbaiki atau mengkompensasi kerusakan yang telah terjadi di telinga dan otak. Akibatnya, alat bantu dengar membantu sinyal mencapai otak, tapi otak tidak dapat memproses sinyal, membuat alat bantu dengar kurang efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H