Mohon tunggu...
Hamda Alfansuri
Hamda Alfansuri Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa tingkat akhir.

Mahasiswa semester 6, penyuka warna hijau dan pernah bercita-cita menjadi Ranger Hijau. goes to t'win (the win).

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menjadi Warga Negara yang Baik itu Memang Tidak Mudah

17 April 2019   23:22 Diperbarui: 17 April 2019   23:32 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hari ini negara kita merayakan pesta yang besar. Pesta demokrasi. Pesta yang kita rayakan bersama-sama, dari Sabang sampai Merauke. Ya, hari memilih itu telah tiba. dan hari ini juga, saya memahami beberapa hal, bahwa menjadi warga negara yang baik itu memang tidak mudah. Butuh banyak perjuangan dan keteguhan niat.

Sedikit cerita terkait hal ini, (atau mungkin curhat) bermula dari kesadaran diri, bahwa sudah waktunya untuk turut serta dalam memilih yang terbaik untuk negara tercinta ini. Menjadi warga negara yang baik. Sebagai seorang perantau yang sedang tugas belajar, saya dan juga teman-teman menjadi berpikir ulang untuk pulang kampung hanya untuk memilih. Ongkos yang cukup besar dan waktu libur yang juga tidak cukup panjang. Akhirnya kami memilih untuk mengurus Form A5, formulir yang disediakan oleh KPU bagi warga negara yang sudah memiliki hak untuk memilih tapi tidak dapat memilih di daerah domisilinya (sesuai KTP).

Senin siang (11/02) saya dan dua orang teman mencoba mendatangi kantor KPU Kota Jakarta Selatan untuk mengupayakan form a5 ini. Siang itu kami menempuh perjalanan yang cukup jauh (ini relatif atas perjalanan yang biasa saya tempuh). Sesampainya di kantor KPU, kami langsung diarahkan pada petugas yang bertugas dan diminta untuk menyiapkan E-KTP dan nomor KK, yang kemudian mengisi formulir yang ada. Sialnya hari itu, saya masih belum memiliki E-KTP dan hanya membawa KTP versi lama.

FYI, sampai hari itu saya memang belum memegang E-KTP yang sudah diurus bersamaan dengan KTP versi lama 4 tahun lalu. Ya, tahu sendiri kenapa, borang habis katanya.

Pengajuan saya hari itu tidak diterima, mengingat saya juga tidak memang surat keterangan pengganti E-KTP. Jadilah hari itu saya pulang dengan tangan kosong. Tidak membawa form A5 seperti teman saya. Tapi setidaknya saya dapat wawasan baru, ternyata Kantor KPU seperti ini wkwk. Dan jadilah saya langsung menghubungi orang tua dan kakak di Pekanbaru untuk minta tolong dibantu urus ulang (karena saya belum bisa pulang:(), setidaknya untuk Surat Keterangan Pengganti E-KTP dahulu.

Beruntungnya, surat saya bisa segera diterima. Kamis (14) saya kembali ke KPU untuk mengupayakan hak pilih saya. Tapi ternyata perjuangan tidak semudah itu. Petugas yang bertugas hari itu sudah tidak sama, dan hari itu ramai sekali. Kami yang datang berdasar pengalaman hari Senin harus sedikit kecewa, karena pada awalnya kami diminta untuk melampirkan surat keterangan mahasiswa dari kampus. Duh. untuk mendapatkan surat itu saja bisa 3 hari dan tanggal 17 sudah dekat. Mana sempat. 

Dengan kemampuan melobi yang pas-pasan, jadilah kami melobi petugas hari itu untuk diberi kemudahan dan menyampaikan kalau sebelumnya kami tidak dimintai surat itu. Dan kemudian ditanyai, "bawa KTM?" dan saya bilang saja bawa. Dan kemudian kami diminta untuk melampirkan fotocopy-nya.

Perjuangan berikutnya adalah mencari tempat fotocopy di daerah yang kami tidak familiar. dan bertemulah kami dengan percetakan. Namun ternyata saya tidak membawa KTM hari itu. Saya lupa menyimpannya dimana. Duh. Setelah bongkar isi tas, Alhamdulillah ketemu copy-an KTM mesti sedikit lecek :"). Kemudian kami kembali ke kantor KPU dan setelah mengantre cukup panjang dan menunggu lama, Form A5 itu kami dapatkan juga.

Tidak sampai disitu, setelah Form A5 sampai ditangan, saya langsung menuju ke kantor kelurahan untuk memeroleh lokasi TPS. Di kelurahan saya hanya diminta fotocopy A5 dan surat keterangan. Syukur, di seberang kantor kelurahan ada tempat fotocopy.

Dan hari ini, dengan optimis saya santai saya dari pagi, mesti belum tahu lokasi TPS nya tapi sudah yakin kalau tidak akan jauh, (berdasar pernyataan Ibu-Ibu KPU di kelurahan). Jadilah pukul 10an saya mulai mencari, ternyata benar, hanya jarak 3 atau 4 rumah dari tempat tinggal saya. Sesampainya di TPS111, petugas awalnya menginformasikan kalau untuk yang menggunakan Form A5 mesti menunggu pukul 12. Namun syukur saya sudah baca-baca dahulu sebelum berangkat dan sampaikan kalau sudah bisa. Kemudian saya bertemu dengan Ketua PPS. beliau memastikan lagi saya sudah ke TPS yang benar atau belum, ternyata dari Kelurahan tidak melampirkan nama saya di daftar pemilih dengan Form A5. hanya dua orang dan bukan saya. Saya coba jelaskan kalau memang saya ditempatkan di TPS ini oleh kelurahan dan akhirnya KPPS minta saya melampirkan Fotocopy E-KTP juga selain Form A5.

Duh. oh iya, E-KTP saya akhirnya selesai dengan sendirinya, tiba-tiba diberikan oleh RW ke keluarga yang di Pekanbaru tanpa sebelumnya ada followup ke Kelurahan atau Disdukcapil. Berhubung E-KTP masih fresh from oven  baru diterima, jadi saya belum menyiapkan fotocopyannya. Perjuangan menjadi tempat fotocopy-an pun berlanjut hari ini. 

Hari saat semuanya meluangkan waktu untuk negaranya di masa depan, tempat fotocopy-an mana yang buka? setelah kunjungi beberapa yang terdekat ternyata semuanya masih tutup. Saya mulai bingung, dan pada akhirnya saya minta tolong teman untuk print kan saja setelah saya foto. dan saya perlu menjemputnya cukup jauh, :") karena lokasi tempat tinggal saya memang sedikit berjarak dengan kosan teman-teman yang lain. Waktu terus bergulir, pengemudi ojek online sepertinya banyak yang tidak mengambil sewa dahulu siang itu karena harus ke TPS, dugaan saya mengingat saya butuh waktu untuk mendapatkan driver dan menunggu cukup lama.

11.53 sampailah saya kembali ke TPS dan akhirnya diberi kesempatan untuk langsung nyoblos.

Dan ternyata perjalanan menuju bilik suara kotak suara dan untuk menyelupkan jari ke tinta, tidak sesederhana itu. Keluar kamar, meninggalkan gerbang rumah, jalan 50 meter, sampai TPS, menunggu antrean, dan keluar TPS dengan jari kelingking berwarna ungu. Perjalanan ini ternyata lebih jauh, bahkah sudah harus dimulai sejak lama, beberapa hari, bulan atau bahkan beberapa tahun yang lalu.

Dan ternyata menjadi warga negara yang baik itu, memang tidak mudah, butuh perjuangan, tapi menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun