"Awal ide nya karena kita melihat ada problem yang bisa kita selesain," saya kebingungan dengan jawabannya. Masa iya berbisnis malah melihat problem, bukannya peluang. Tapi Muhammad Ravie terlihat berbinar-binar meneruskan penjelasannya tanpa bisa saya potong.
"Jadi dulu waktu dibuatnya snack Rafin's Fish Skin pertama kali, itu lagi rame-ramenya snack dari Singapura dengan rasa telor asin. Tapi pembelinya kok malah banyak dari Indonesia. Padahal harga jualnya per 100gr saja sampai Rp 160 ribu! Itulah kenapa kita buat produk yang seratus persen lokal tapi harganya lebih masuk ke market Indonesia."
"Jadi ini ceritanya mau saingin snack impor ya?" Saya memastikan.
"Yak,betul!" Jawabnya sambil tertawa-tawa.
Usaha snack kulit ikan ini sudah dimulai sejak tahun 2016 di Lampung. Ravie tergolong nekat, memulai usahanya di usia 17 tahun. Dan tak kurang narsis, brand yang dia usung adalah mirip namanya sendiri, Rafin's. Sesuatu yang rasanya tidak lazim karena jelas ia bukan selebriti yang bisa menarik perhatian orang untuk membeli.
Tapi kenekatan itu pula yang membuatnya kini menjadi pengusaha super sibuk, pada saat teman-teman seusianya masih sibuk bermain-main dengan hidup. Beberapa kali wawancara kami mesti ditunda karena ia harus melakukan perjalanan bisnis. Saya cek di google search, banyak sekali toko-toko online kecil yang menjadi reseller Rafin's Fish Skin. Bayangkan, di usia semuda itu mengelola bisnis yang demikian menggurita!
Tapi walaupun masih muda, Ravie bukanlah anak yang tergesa-gesa. Ia selalu mendasarkan keputusan bisnisnya kepada riset yang teliti. "Riset sebelum launching, Pak," demikian ia menjawab saat ditanya apa rahasia sukses bisnisnya.
"Kita minta semua mencoba-coba sampai dapat rasa yang pas menurut pasar. Ga boleh keasinan, ga boleh kemanisan, ga boleh lebih-lebih yang lainnya. Mesti pas," ia menambahkan lagi.
Ketelatenan, kerapian, dan kejujuran Ravie dalam mengelola bisnis membuat ia dipercaya banyak pihak. Bantuan modal dari BRI pun bisa ia raih. Namun demikian, mindsetnya berbeda. Ia tidak melihat modal sebagai satu-satunya faktor kunci keberhasilan usaha.
"Kalau bicara bantuan pemerintah, harusnya bukan cuma modal saja Pak. Karena modal saja kadang tidak tepat guna. Mungkin pemerintah juga bisa bantu membuka jalur penjualan dan bantuan publikasi," jelasnya. Ia juga berpendapat seharusnya pengusaha-pengusaha yang baru memulai usaha mendapat bimbingan, tidak dibiarkan clueless dalam menjalankan usahanya.
Usahanya sendiri menggunakan bantuan modal dari BRI untuk tujuan yang produktif seperti ekspansi usaha dan membangun gudang. Karena itu Ravie cukup percaya diri bisa mengembalikan pinjaman, karena tidak digunakan untuk keperluan konsumtif.