"Udah puluhan tahun saya usaha begini, Pak. Ya kecil-kecilanlah. Ga tergantung orang lain," Jawab Pak Nasihin, saat ditanya sudah berapa lama melalang buana di Jakarta.
Saya terpaku melihatnya duduk di tengah terik matahari di sekitaran Jalan Percetakan Negara. Dalam keadaan pandemi begini, jarang sekali orang yang keluar dan mau memanggilnya untuk memperbaiki sepatu.
"Ya ada aja rezeki kalau sama Allah, kita teh teu perlu khawatir. Hidup ya hidup saja. Nanti saatnya maut menjemput, kita juga tidak bisa menolak," katanya dalam logat Sunda yang kental, sambil tersenyum
Di Jakarta, Pak Nasihin hidup berpindah-pindah. "Dulu sempat di Pluit, terus pindah ke Harmoni, pindah lagi ke Priok. Sejak zaman Suharto itu. Sekarang baru pindah ke sini."
Untuk menopang hidupnya dan keluarga, Pak Nasihin hidup di kontrakan beramai-ramai. "Alhamdulillah di belakang sana ada yang baik orangnya, dikasih sewa lima ribu sehari, tentunya bayar beramai-ramai." Terbayang sesaknya saat mereka harus istirahat, tidur, dan ke toilet.
"Alhamdulillah, biar pandemi juga, masih dapatlah bangsa Rp 30 ribu sehari. Cukuplah buat makan dan dikirimin ke kampung sebagian di Garut sana," jawabnya saat saya tanya berapa penghasilan rata-rata yang dia dapatkan sehari.
Walaupun mengaku punya banyak pengalaman berdagang saat muda, Pak Nasihin ingin terus melayani permintaan orang-orang untuk memperbaiki sepatu mereka. Sebuah dedikasi yang membuat takjub.
"Ya kalau ada bantuan modal tentu senang. Saya tidak butuh banyak-banyak. Enam ratus ribu pun cukup. Buat beli bahan alas sepatunya. Soalnya biasanya saya membeli hanya kalau ada pesanan, saya cari, nanti dibayarin. Bolak-balik seperti itu," terang Pak Nasihin sambil memperlihatkan kakinya yang banyak lecet dan luka.
"Terlalu banyak jalan. Jadi kesandung batu dan kadang juga beling," katanya sambil memperlihatkan kelingking kaki kirinya yang robek kecil. Sungguh membuat iba.
Keinginan mendapatkan bantuan modal buat Pak Nasihin bukanlah sebuah keinginan berfoya-foya. Bahkan ia tidak ingin serakah, meminta secukupnya hanya agar tidak kerepotan berjalan kaki bolak-balik ke penyuplai bahan alas sepatu. Ia sangat berharap bisa mendapat bantuan untuk kredit ultra mikro yang saya ceritakan.
"Ya pengen ajukan, tapi dibantu secukupnya saja," kata Pak Nasihin yakin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H