"Mas punya duit 5 jutaan ga, kita boleh pinjem dong buat bayar tunggakan sewa," tanya Mba Yanti saat membereskan warungnya menjelang tutup. PSBB membuat warung-warung harus tutup sebelum waktunya, padahal itu baru pukul 7 malam, sedang ramai-ramainya orang makan.
Pandemi COVID 19 memang mempersulit hidup banyak UMKM. Tapi nyatanya mereka survive. Selalu seperti itu tiap kali krisis terjadi, entah itu krisis moneter, prime mortgage, atau bubble dotcom. Yang kecil selalu lebih lincah dan tahan banting.
"Saya udah 21 tahun di sini bareng Bang Oji. Sejak umur belasan tahun. Awalnya jadi karyawan. Lama-lama eh kecantol, nikah deh," katanya sambil tersenyum tersipu.
"Emang Bang Oji sudah berapa umurnya?" Tanya saya menyelidik.
"Ya adalah 47 kali ya. Beda 10 tahun sama saya. Waktu kita nikah saya umur 18, dia 28. Sekarang saya sudah 37 tahun," jawabnya.
Saya terbelalak. Padahal muka mereka muda sekali. Kalau lihat dari penampilan saja harusnya di bawah 30 tahun.
"Bisa seawet itu pasti beban hidupnya ga banyak ya?" Ujar saya sambil tertawa-tawa.
"Ya ga juga. Sekarang pandemi seperti ini dagang harian paling pas-pasan buat makan.Itu nyari duit buat bayar kontrak warung aja susah. Sukur yang punya ngasih kelonggaran."
"Ga coba ambil kredit dari Bank?" tanya saya.
"Sudah.. Dapat KUR dari Bank BUMN kok. Makanya ga berani lagi. Ini aja masih nyicil 1 tahun lagi. Nanti kebanyakan nyicil, bunganya ga kuat," jawabnya.
"Kalau pinjaman online? Kan banyak tuh dan instan. Tinggal upload KTP aja." EWMbak yanti ngan tegas menggeleng. "Enggalah ga mau..."