Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Derai Hujan di Warung Nasi Uduk Bu Lia

19 Februari 2021   11:35 Diperbarui: 19 Februari 2021   12:02 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya sudah lama saya menggemari nasi uduk Bu Lia yang terletak di Johar Baru, Jakarta Pusat ini. Rasanya tidak terlalu berlemak, dan lauk pauknya lengkap, begitu juga sayurannya. Dulu Bu Lia mengontrak di salah satu warung yang terlihat rapuh seakan mau rubuh. Tapi karena bangunan tersebut dibangun ulang oleh pemiliknya jadi rumah bertingkat, akhirnya Bu Lia pindah mengontrak lebih ke belakang. Warungnya turun kelas jadi dagangan kaki lima di depan sekolah. Kecil sekali.

Padahal pelanggannya lumayan ramai. Apa boleh buat, tapi itu sepertinya tidak mengurangi penggemar nasi uduk Bu Lia. Hanya pandemi yang kemudian membuat tidak ada lagi yang mau makan di tempat, hampir semua dibawa pulang.

"Berapa sih Bu, modal bikin gerobakan begini?" Saya memancing pembicaraan di pagi yang diselingi gerimis itu.  Dia tersenyum kecut.

"Ya pas pindah ke sini adalah kena lima setengahan," Katanya sambil mengacungkan kelima jarinya.

"Buset apa aja itu?" Tanya saya keheranan.

"Paling banyak beli gerobak kan. Terus alat-alat. Bahan masakan. Minta izin ini itu. Dicari-cariinlah. Daripada kehilangan mata pencarian," jelasnya.

"Kenapa ga coba minta modal dari Bank? Kan zaman pandemi gini banyak bantuan ringan dari pemerintah?" Selidik saya.

Bu Lia melanjutkan mengaduk penggorengannya, wangi tempe goreng menyambangi hidung saya. Hmmm...

"Ribet mas, syaratnya ini itu. Apalagi kalau minta bantuan untuk modal usaha, katanya mesti punya catatan keuangan dan rencana bisnis dulu. Manalah orang seperti kita ini ngerti. Yang kita tahu ya melanjutkan hidup, jual dan beli."

Saya mengangguk-angguk.

"Lah kalau pinjaman online gitu kan ada? Toh ibu punya HP, tinggal download," tanya saya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun