"Saya teh ga tau kapan jalanan dan warung ini dibangun. Tapi sejak lahir juga sudah ikutan jaga di sini. Ikut orangtua," jawab Ike, gadis manis berjilbab di warung sekitaran Cikadang, Sukabumi. Dari beberapa orang penjaga warung di sini, memang tak ada yang bisa secara pasti mengingat kapan warung mereka dibangun. Beberapa sudah berpindah tangan karena dijual pemilik aslinya. Bahkan ada yang sampai ketakutan saya tanya.
"Saya memang bukan orang sini. Tapi sudah beberapa tahun belakangan suka main ke Sukabumi, untuk jalan-jalan, berwisata melepas lelah sehabis kerja." Jawabnya saat saya tanya keperluannya ada di warung itu.
"Saya ini orang Palembang. Tapi setahu saya jalan ini memang sudah ada sejak zaman dulu juga. Tapi bentuknya jalan setapak yang kemudian jadi jalan bebatuan. Sebelumnya ini kebun teh, lalu jadi kebun sawit, kemudian muncul kebutuhan jalan yang lebih baik untuk mengangkut sawit," tembahnya lagi.
"Mungkin sejak dua puluhan tahun lalu. Saya tidak tahu pasti."
"Dikira-kira saja itu pohonnya kan sudah cukup tinggi, Seperti itu dalam beberapa tahun lagi harus ditanam ulang karena sudah tua," jawab seorang penjaga warung yang tak mau disebutkan namanya. Dari tingginya yang sudah mencapai 5-6 kali tinggi orang dewasa, saya perkirakan memang umurnya dua puluhan tahun.
"Memang dengan jalan pintas ini, tidak lewat jalan raya menuju Kota Sukabumi dulu, jadi lebih mudah menuju Pantai Pelabuhan Ratu, lebih cepat sekitar setengah hingga satu jam," terang Dahlan.
Jalan pintas Cikidang ini memang lebih cepat, asalkan kita mengendara dengan hati-hati. Berbelok dari pertigaan Cibadak, langsung tembus ke Pelabuhan Ratu, alih-alih berputar dulu ke Cimanggu.