Jika bapak dan ibu meyakini mimpi akan minyak sawit sustainable itu ada, lalu apa maksudnya kampanye NO PALM OIL tersebut? Tidakkah kampanye itu terdengar ambigu, bermuka dua, dan yang terpenting menyakiti hati kami semua?
Saya yakin tak ada produk makanan di dunia ini yang bisa lepas dari penggunaan minyak sawit. Di antara seluruh sumber minyak untuk makanan, justru sawit yang paling efisien dalam penggunaan lahan.
Di situs Kraft Heinz sendiri tertulis bahwa perusahaan bapak dan ibu juga memanfaatkannya untuk beberapa produk, walaupun malu-malu dan menyatakan hanya sebagian kecil saja.
Saya juga percaya bapak dan ibu,sebagai orang yang berpendidikan dan terhormat, mengerti betul cara membaca nutrisi dan dampak kesehatan dari berbagai bahan makanan. Berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa mengkonsumsi minyak sawit sama saja sehatnya seperti sumber minyak nabati lainnya, jika dikonsumsi secukupnya, tidak berlebihan.
Saya yakin ada banyak cara kreatif lain untuk mempromosikan bahwa produk yang bapak dan ibu hasilkan sehat dan ramah lingkungan. Tidak mesti dengan mendiskreditkan minyak sawit. Tidak mesti menuliskan besar dan tebal-tebal "NO PALM OIL"
Bapak dan Ibu pemilik Kraft Heinz yang saya muliakan...
Saya ingin mengetuk hati bapak dan ibu sekalian, yang saya harapkan masih ada. Tidak semua lahan sawit merebut habitat orang utan, Pak.. Bu... Tidak semua lahan sawit dibakar.
Andai pun pembakaran untuk membuka lahan pernah terjadi, itu bagian dari masa lalu yang sudah lima tahun belakangan hampir tidak dilakukan lagi. Tak ada lagi bencana kabut asap yang melanda kami dan negara-negara tetangga tiap tahunnya.
Yang terpenting, tidak semua penghasil minyak sawit adalah perusahaan-perusahaan jahat perusak lingkungan. Ada petani-petani sawit kecil, seperti bapak saya, yang lahannya tak sampai 10 hektar. Bahkan ada yang mesti menggantungkan seluruh hidupnya dari lahan 1 hektar saja.
Hidup mereka sangat tergantung kepada berapa rupiah yang dihargai atas butir-butir buah sawit yang mereka hasilkan. Jatuhnya harga tandan sawit segar akan diiringi oleh titik air mata mereka. Beberapa dari mereka akan terjebak oleh hutang rentenir karena tidak sebandingnya biaya menanam dan panen yang dihasilkan.
Kampanye-kampanye negatif yang perusahaan milik bapak dan ibu lakukan, bisa jadi turut andil dalam kesulitan-kesulitan itu.