Dulu, tak jarang kalau Suku Anak Dalam belanja, mereka memberikan saja uang yang mereka miliki lalu dipercayakan kepada pedagang untuk menghitung berapa nilainya dan berapa banyak barang yang mereka dapat dari uang itu. Mereka mempercayakan saja, dan tak akan pernah sadar kalau ditipu atau dicurangi.
Dalam beberapa kali perjalanan saya ke sana tahun 2017--2018, saya sempat melihat beberapa hasil bumi seperti pinang, sirih, dan kerajinan tangan dari kayu. "Ini oleh-oleh untuk Pak Hariadhi yang sudah berkenan mendokumentasikan kehidupan kami dan terpenting memberikan kami bantuan buku dan alat bantu ajar, ambillah!" Pak Jenang menyodorkan. Ia menjelaskan kalau sudah dihadiahkan gelang itu, berarti Suku Anak Dalam menyatakan berterima kasih.
Walau saya juga bingung akan diapakan hasil bumi tersebut, namun gelang tersebut masih ada sampai sekarang. Saya percaya bahwa Suku Anak Dalam sebenarnya berbudaya, hanya saja dalam bentuk yang mungkin kurang pahami. Mereka juga ingin maju, yang mungkin kitalah yang harus beradaptasi supaya bisa ikut mengajak mereka dalam derap langkah kemajuan itu.
Beberapa tahun setelah itu, Pak Jenang Jala Ludin masih beberapa kali menghubungi. "Di sekolah alam kami sekarang sudah banyak yang bisa baca, Pak!" katanya bangga, sambil mengirimkan video anak-anak yang masih terbata-bata mengeja kata "Iiii....kan" dan "Beee...bek". Lalu ada pula video mereka sedang berolahraga dan menghapalkan pancasila.
Masih banyak perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan untuk membuat mereka makin semangat belajar. Tidak terbatas kepada kebutuhan buku saja.
"Semakin sekolah ini berkembang, kami butuh seragam, tikar, kursi meja, papan tulis yang bisa dilipat. Banyak sekali!" Pak Jenang juga berangan-angan kalau saja mereka bisa mendirikan yayasan, maka akan lebih mudah untuk mengajukan bantuan, baik ke perusahaan sawit maupun
Ada banyak pihak yang berkepentingan dengan Suku Anak Dalam. Beberapa di antaranya memang tulus membantu agar mereka tak lagi kena tipu-tipu, beberapa lainnya justru operator muslihat tipu-tipu itu sendiri. Semoga mereka terhindar dari yang kedua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H