Malam ini saya diundang datang ke salah satu perusahaan teknologi Indonesia, kemudian salah satu pekerjanya yang khusus mengurusi augmented reality (atau extended reality, begitu mereka menyebutnya) memperlihatkan begitu canggihnya lompatan augmented reality hari ini.
Bila dua tahun lalu saya masih mengenal AR dari kartun kampanye Ahok yang keluar dari bukunya yang difoto pakai smartphone, maka AR masa kini menggunakan device kecil yang jauh lebih canggih, yang ditumpangkan ke kacamata kita. Sangat kecil, dan sudah memuat CPU dan GPU yang bertenaga, cukup untuk mensimulasikan dunia virtual nyaris 4 kali lapangan bola dengan kebebasan bergerak nyaris tak terbatas!
"Ayo cobain mas, pencet berbagai fiturnya," Kata teknisinya tersenyum.Â
"Keren juga ya, coba ini diterapkan untuk pariwisata di Indonesia. Sebelum main ke desa, sudah cek dulu isinya, belanja. Nanti sampai di desanya, di penginapan oleh-oleh yang dibeli sebelum pergi sudah tersedia," Kata Mas Ivan, teman saya yang ikut datang.Â
Ya, tanpa kita sadar, augmented reality telah berkembang segitu jauhnya. Bahkan tanpa kita sadari, talent Indonesia adalah salah satu langganan juara kompetisi dunia.Â
Tak kurang Rp 240 Miliar diraup oleh WIR Group pada tahun 2019 saja. Kini WIR Group ini sedang menyongsong isu akan IPO dalam waktu dekat, dan regenerasinya mulai terjadi, dari Daniel Surya yang kini menjabat Executive Chairman, menjadi Michael Budi, sang CIO yang kemudian upgrade capability menjadi CEO.
Bisnis augmented reality memang cerah. Walaupun potensi bisnisnya sangat besar, namun pemainnya belum terlalu banyak, sehingga belum terlalu berdarah-darah. Masih Blue Ocean, kalau istilah anak-anak startup masa kini.
Nah, sejauh apa kesiapan tenaga kerja dan enterpreneur kita menghadapi cercah cerah dunia augmented reality? Yuk kita songsong masa depan Revolusi Industry 4.0!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H