"Gue sih pengennye motoran keliling Indonesia. Dari kuliahan juga senang jalan keliling-keliling pakai motor, Har," Saat saya tanya apa sebenarnya mimpi besar Tommy waktu kami nyetir ke Sumatera. Dan memang dia hobi sekali motoran ke mana-mana.Â
Tommy adalah kompasianer, kontributor di detik traveler, kumparan, dan banyak situs lainnya. Di Kompasiana, dengan nama Tommy Bernadus. Aktif juga ngetweet artikel-artikelnya di twitter @baciritaID.
Tulisannya sering mejeng jadi headline dan artikel pilihan, di manapun dia menulis. Dan sampai sekarang ia penasaran mau menulis buku cetak atas namanya sendiri, yang berisi petualangan-petualangannya. Itulah yang kemudian membuat saya mengajaknya tur maraton keliling Sumatera.Â
"Asik banget keliling begini, nyoba ini itu. Belum pernah gue ke Sumatera, Dhi," Katanya sambil melahap ayam balado, ditemani bareh solok di Solok Selatan, selepas main ke Danau Kerinci yang dingin. Di tengah hawa Solok Selatan yang dingin luar biasa, ia nambah sampai tiga kali. Kami tertawa panjang. Tawa yang tidak akan pernah lepas dari mukanya yang selalu saya ingat sampai saat ini. "Bareh Solok memang luar biasa!" Pujinya.Â
Berjalan dengan Tommy selalu merupakan sebuah petualangan surga kuliner. Dia paling suka makan. Bisa nambah berkali-kali sampai bikin saya geleng-geleng kepala sendiri.
Instingnya bagus dalam memilih makanan dan hotel enak yang murah meriah, sesuatu yang membantu saya saat travelling karena saya tipenya suka asal coba, sering saya berakhir dengan makan makanan tidak enak atau tidur di hotel yang layanannya buruk. Tommy lebih detail membaca review dan bertanya ke teman-teman travellernya yang lain mengenai suatu tempat.Â
Walaupun kemudian kebiasaan makannya yang luar biasa itu membawa masalah kepada tubuhnya sendiri. Tommy sering bercerita kalau ia hipertensi dan gula darahnya sempat beberapa kali naik. Kejadiannya sudah sejak dua atau tiga tahun yang lalu. Sehingga saat kemarin kembali dari main ke daerah timur, ia mulai mengeluh lemas.Â
Awalnya saya pikir dia hanya jet lag setelah main sejauh itu. Ia sempat kelihatan mereview Nias, Titik Nol Sabang, lalu lanjut ke Sulawesi dan lanjut ke Kepulauan Kei di Maluku. Memang kalau selesai travelling kita seharusnya istirahat agak panjang karena pasti stamina terkuras, lah ini sampai keliling seluruh Indonesia tanpa henti selama beberapa hari saja.Â
Dari seorang teman saya dengar ia jatuh dari bangku yang patah, lalu mengeluh rusuknya nyeri, bahkan mengeluhkan maagnya yang kambuh. Khas gejala angin duduk. Sayang ia tak mau diopname, dan saat saya bertanya pun ia tidak lagi bercerita apapun.Â
Padahal saya yang paling tahu kalau dia lebih banyak menggunakan uangnya sendiri, misalnya membeli perlengkapan HP, laptop, kamera, hingga drone. Bahkan motornya yang akhirnya ia beli dan dipakai dengan bangga ke mana-mana, adalah hasil kerja kerasnya sendiri.Â