Terlelap di Hotel Puri di Jalan Slamet Riyadi, paginya setelah azan Subuh saya buru-buru ke Bendung Tirtonadi mengambil foto matahari terbit. Dengan fasilitas LIVE dari Facebook berkat adanya sinyal 4G hingga di Sungai Pepe, saya bisa memberitahu seperti apa sungai di Sol kepada teman dan keluarga.
Bendung Tirtonadi memang bagus sekali, membentang dari arah timur ke barat, sehingga saya berniat membuat perbandingan antara sunset dan sunrise sebelum nanti meneruskan perjalanan ke Jogja. Sungai bersih rapi dan sesekali ada riak ikan, membuat pantulan matahari di air menjadi hidup.
Selesai memamerkan indahnya Sungai di Solo, saya mulai terpikir mencari sarapan. "Nggih, coba ke belakang terminal kalau mau cari jajan aneh-aneh," petunjuk dari Bu Jum yang saya temui dan ajak ngobrol di pinggir jalan. "Ada tumpang, enak dan murah meriah...." Tambahnya lagi.
"Apalagi ini tumpang?" Saya agak keras berpikir.
Adanya tahu kupat, nama yang membuat saya lagi-lagi geli dengan cara orang Solo memberi nama makanan. Karena setahu saya di daerah lain namanya kupat tahu.
Sampai akhirnya saya bertemu dengan tulisan Kali Pepe di sekitar Jalan Cocak V. Di tepi kali, ada Warung Makan Perjuangan Bu Dhe Asih. Entah kenapa dia tulis seperti itu, mungkin fansnya partai banteng moncong putih, hehehe. Sekilas penampilannya seperti warteg, namun tidak dilengkapi etalase kaca. Bu Asih menyajikan seluruh sayur dan lauk pauknya dalam panci-panci besar.
"Itu tumpang apa ya, Bu?" Tanya saya menunjuk ke spanduk di warungnya.
Bu Asih hanya menunjuk salah satu pancinya, "Yang ini, mas mau pake sayur?" Kesannya kurang ramah, namun bisa dipahami karena warung ini ramai sekali. Ia terlihat sibuk melayani yang lain. Maka saya iyakan saja. "Iya pake sayur, Bu!" Lalu saya bawa nasi tumpangnya ke bangku yang tersedia di pinggir Kali Pepe. Indah sekali...