Layaknya alien, matanya begitu besar, membelalak. Sesekali ia meloncat ke arah atas, membuat dirinya memanjang seperti dayung perahu.
Thalia namanya, sejak kecil tubuhnya memang sudah aneh. Kepalanya jauh lebih besar dari badannya. Cara berdirinya pun janggal, kakinya tertekuk ke belakang. Di sisi-sisinya ada kait duri, membuatnya melukai siapapun yang berkontak dengannya. Tapi ia tak malu. John selalu setia menjadi sahabatnya ke mana pun ia pergi. Banyak hal bisa ia ceritakan tanpa harus takut diejek dan ditertawakan. Karena John pun sama anehnya seperti dia.
Kini mereka sudah sama-sama dewasa. Nafsu Thalia membesar saat melihat John, belahan hidupnya. Matanya juga bulat besar, tubuhnya kurus melenting. Bedanya John lebih pendek. Wajar, ia lebih muda. Tapi bukan berarti John tak siap melayaninya.
"Hai Tampan.. Maukah kau bercinta denganku?" kata Thalia tanpa berkata-kata. Nafasnya naik dan turun. Ia memutar kepalanya ke belakang. Menemukan John di atas tubuhnya, juga tersengal-sengal. Mereka berdua sedari lama telah telanjang. John ikut memutar lehernya 90 derajat. Lalu tersenyum aneh.
"Siap Nona," senyum mengerikan tersungging di ujung mulutnya. Dedaunan menjadi ranjang mereka di tengah padang rumput itu.
Hasrat mengentak. Dahan berderak. Thalia menggigit bibirnya menahan nafsu yang sudah membara. John yang sangat mengerti apa yang didambakan Thalia, kemudian mengelus perlahan punggungnya, sesekali mengetuk dengan ujung jarinya.
"Ohhh.." rintihan Thalia di tengah hembusan angin. Betapa menggelora.
Dalam beberapa menit, percintaan itu mencapai puncaknya. Mereka saling mencengkram, tersengal-sengal, merangsang nafsu pasangannya. "Malam tak akan lama," bisik John di telinga Thalia. Seolah mengerti, Thalia pun makin memburu, bergerak naik dan turun. Begitupun John. Di dunia ini hanya ada mereka berdua.
Sampai akhirnya, "cetak!" bunyi berderak dari arah leher John.
John melepas cengkramannya. Episode penuh hasrat itu berakhir mengerikan, tanpa ia sangka. Thalia tak tahan lagi, memutus kepala John, mencabik-cabiknya perlahan. Menjadikannya makanan, sementara tubuh John terus bergerak sendiri, tanpa kepala, meneruskan pergulatan nafsu mereka, melepas hasrat di tubuh Thalia.
Benih John terus membuahinya...
...sementara Thalia terus mengunyah setiap milimeter tubuh John. Mulai dari leher, badan, ekor, hingga tangan dan kakinya.
Dalam satu jam selanjutnya yang mengerikan, saya menyadari begitu anehnya cara belalang sembah bercinta. Namun saat mendengar penjelasan dari narator video Youtube tersebut menjelaskan bahwa memakan pejantan adalah cara betina mendapatkan energi besar yang diperlukan untuk meneruskan gen mereka kepada benih-benih keturunan baru, semuanya jadi terasa normal.
Sungguh menakjubkan, di dunia belalang sembah, yang berdarah-darah saat percintaan pertama justru jantannya. Tapi jadi tidak aneh juga, karena seperti itulah mereka bisa lestari hingga sekarang.
"Surpttt..." Saya menyesap kopi terakhir. Agak bergidik juga membayangkan seandainya manusia pun harus bercinta seperti kisah Thalia dan John.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H