Awalnya aku merasa iri padamu kawan dengan mudahnya kamu dapat melulusi semuanya tanpa ada tekanan dari pihak penguji, mungkin keberuntunganmu pada saat itu ataukah usahamu yang lebih dari pada saya. Tak ada kata yang saya ucapkan selain kata menyesal,, marah pada diri sendiri kenapa kita sama-sama berjuang sama-sama belajar dengan mata kuliah yang sama tapi kenapa tak seberuntung dirimu tak sehebat dirimu man jadda wajadasulit bagiku tuk mengaplikasikannya kata itu masih berada dikedua bibirku belum saya sempurnakan dalam hati dan pikiran. Selalu ingin jadi yang pertama padahal yang pertama dekat dengan angka nol
Mungkin saya salah satu dari beberapa teman seperjuangan yang mengalami nasib yang sama, tekanan yang sama. Bentakan cacian dan segalanyapun dilontarkan dosen dengan seenaknya mencari-cari kesalahan supaya ada bahan untuk marah KETIKA MENGUJI. Dan saya bagaikan anak kecil yang minta dikasihani, memasang wajah polos sepolos-polosnya. Tapi apa daya dikenakan jugalah kartu merah dan harus mengulang UTAP tahun depan. Apa boleh buat !!!
Keluar ruangan dengan wajah yang agak ditegar-tegarkan,menahan tangis yang sedari tadi bersikeras minta dikeluarkan, tapi buat apa saya keluarkan toh nasib sudah menjadi takdir mungkin ‘’SAYA TIDAK SEBERUNTUNG ANDA HARI INI saya bisa belajar dari cacian hari ini menjadikan bentakan dosen hari ini menjadi motivasi dalam melangkah kedepannya.
Sempat kumenyesali, seandainya saya kuliah di akademi lain mungkin pikiran atau hatiku tidak seberat ini kepingan harapan itu sangat sulit tuk tata dengn mimpi yang berlawanan arah. Aku teringat dengan salah satu kata dari salah satu buku yang sangat fenomenal ‘’ beruntunglah kalian sebagai penuntut ilmu karena tuhan memudahkan jalan kalian ke syurga, malaikat membentangkan sayapnya buat kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di lautan memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Regukkanlah ilmu di sini dengan membuka pikiran, mata, dan hati kalian’’.
Betapa mulianya orang yang berilmu atau menuntut ilmu, apakah saya termaksud orang yang berilmu atau atau menuntut ilmu. Mengapa setiap melangkah batu kerikil yang kujalani amatlah sakit menembus sampai di kedalaman telapak-telapak kakiku. Dari sinilah saya belajar tegar dan sabar dari arti perjuangan. Tuk menjadi sukses memang tidak mudah banyak rintangan atau bahkan jurang yang menanti didepan.
Satu kutipan lagi dari salah satu buku yng saya baca!! apa yang membuat orang sukses berbeda dengan orang yang biasa? Ada dua hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu
going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Usaha, waktu, upaya tekad dan sebagainya yang dia lebihkan dari orang lain, maka kalian akan sukses. Resep lainnya adalah tidak pernah mengizinkan diri kalian tuk tidak dipengaruhi oleh unsure diluar diri kalian.
Semangatkupun muncul sekitika membaca dari buku tersebut. Mungkin hari ini saya harusnya tertawa dan menganggap bahwa ini adalah gangguan sementara.
Dalam hati telah kulukiskan bahwa suatu saat dunia akan mendengar dan meresponku, yah berusaha mengetuk pintu pasti ada yang yang menjawab. Kuyakin tekad apapun yang terjadi jangankan sebuah caci makian, olok-olakan,bentakan dari dosen atau bahkan langit yang runtuh sekalipun takkan kubiarkan untuk menggoyahkan atau menghapus cita-cita dan impianku. Terus mencari misi hidup yang telah disediakan tuhan untukku.
Saya datang dari sebuah sudut bumi
Untuk menjadi gelas yangkosong
yang telah siap diisi
mengharap ilmu
dengan hati yang lapang
dari kebijakan para dosen kami yang ikhlas
Di akademi akademi kebidanan muhammadiyah makassar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H