Mohon tunggu...
Harfei Rachman
Harfei Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - An Un-educated Flea

Aku, pikiran yang kamu takkan bisa taklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tulang Punggung (Teruntuk Papa)

6 Juli 2020   08:11 Diperbarui: 24 Agustus 2020   12:40 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pa, apakah masih ada ruang untukku melepas rasa.
Agar prasangka merasa tak digdaya.
Agar pikiran buruk dan sekutunya binasa, mati tak berdaya.

Pa, apakah engkau tahu setiap waktu mengalir, kau merasa detik-detikmu akan berakhir.
Selama hidupku belum teratur, aku sadar kau nelangsa dan hancur.

Pa, aku memang tak membanggakan, tak punya toga dan keping harapan.
Maaf bila belas kasihmu hingga kini tak terbalaskan.

Pa, yakinkan aku bahwa malamku akan berakhir, esok kita coba lagi singkap takdir.
Sedikit ku berharap semua yang jahat akan larung pada waktunya.
Dan yang rumpang, akan terisi dengan memori.
Memori yang mengubah sesal menjadi sebuah asa.

(Sedikit cerita, tulisan ini saya buat 6 bulan sebelum Ayah saya pergi untuk selamanya pada bulan Juni silam. Dulu saya sempat mati-matian memasukkan tulisan saya di Menjadi Manusia namun sepertinya tulisan  saya tidak menarik di mata mereka. Tidak apa-apa.

Well, untuk menjadi manusia, anda tidak perlu menunggu persetujuan manusia lainnya bukan?)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun