Mohon tunggu...
Harfei Rachman
Harfei Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - An Un-educated Flea

Aku, pikiran yang kamu takkan bisa taklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Ford v Ferrari": Antara Persaingan, Harga Diri, dan Persahabatan

15 November 2019   16:14 Diperbarui: 15 November 2019   22:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Carfoni.com

Film Ford v Ferrari mulai tayang hari ini di seluruh bioskop Indonesia, tadi malam saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan film ini duluan. Film yang dibintangi oleh Matt Damon dan Christian Bale ini mampu membuat saya terkesima oleh jalan cerita dan narasi yang sangat baik. Dua setengah jam tidak terasa lama karena film ini benar-benar membuat para penonton tercandu dan terkesima. Bahkan jika anda sekalipun tidak tahu apa-apa tentang otomotif, terutama ajang balapan Le Mans 24 jam non-stop.

Ada satu alasan utama saya menonton film ini, bukan karena dua aktor pemerannya, namun sang sutradara yaitu James Mangold. Menurut saya, Mangold adalah satu dari sekian sutradara Hollywood yang sangat rapih dan detail dalam membuat adegan per adegan sehingga kemasan cerita dalam film menjadi menarik. Dengan kemasan cerita yang rapih dan menawan, maka para aktor dibelakangnya bisa lebih fokus dalam memerankan karakter mereka masing-masing. Tidak hanya pemeran utamanya saja, namun semua aktor yang terlibat di film ini sangat amat penting dan berkontribusi sangat baik.

Film ini sendiri menceritakan hubungan antara Carrol Shelby (Matt Damon) dan juga Ken Miles (Christian Bale). Carrol Shelby yang dulunya seorang pembalap tidak bisa meneruskan kariernya karena memiliki masalah dengan jantungnya dan terpaksa banting setir menjadi seorang desainer mobil balap. Sedangkan Ken Miles, adalah seorang pembalap dari sebuah ajang balap yang sama sekali tak menghasilkan uang, hal itu yang memaksa istrinya, Mollie Miles (Caitriona Balfe) memaksanya untuk berhenti balapan dan fokus mencari pekerjaan  yang 'aman' dan menghasilkan uang. Sebelum menjadi pembalap, Ken Miles adalah seorang sersan dari Britania Raya di Perang Dunia kedua. Namun keinginan Miles untuk berhenti balapan ditentang oleh anaknya yang juga pecinta otomotif, Peter Miles (Noah Jupe).

Di tempat lain sendiri, terjadi sebuah pertengkaran besar antara dua perusahaan mobil yaitu Ford dan Ferrari. Sempat ingin berkerja-sama di awal cerita, namun tidak tercapai negosiasi antar mereka yang membuat sang 'Godfather' Enzo Ferrari kesal dan mengejek Bos Ford kala itu, Henry Ford II dan mulailah perang diantara mereka.

Film ini secara garis besar memang menceritakan perang antara Ford melawan Ferrari, tapi hal menarik di film ini lebih dari itu. Kedua pemeran utama yaitu Matt Damon dan juga Christian Bale mampu menyajikan hubungan yang lebih antara desainer mobil dan juga pembalap yang mengerti hal-hal teknis dalam mesin mobil. Setelah tahun lalu gagal meraih Oscar sebagai pemeran utama, Bale membuktikan bahwa dia masih berada di trek yang benar sebagai aktor. Bale sendiri kembali melakukan diet ketat, dari seorang wakil presiden yang tambun hingga menjadi lelaki slenge'an, seorang ahli mesin yang terlihat kerempeng. Matt Damon sebagai Caroll Shelby juga tak kalah bagus, dia mampu menyajikan ketenangan, dan loyal, hingga ada satu adegan yang menunjukkan dirinya juga memiliki 'ketidak-warasan' yang sama dengan seorang Ken Miles. Tak ayal, jika film ini dikabarkan sudah memasukkan dua nama aktor tersebut sebaga nominasi pemeran utama terbaik di ajang Oscar mendatang.

Seperti saya ucapkan di atas, film ini tidak akan berjalan baik bila hanya pemeran utamanya saja yang memberi performa terbaik. Selain nama Bale, Damon, Noah, Caitriona, dan juga Jon Bernthal, banyak nama aktor dan aktris yang mungkin saya baru kenal namun menyajikan akting yang baik, dan ada satu karakter yang mungkin akan membuat anda kesal, hingga terpingkal-pingkal ketika Shelby secara sengaja mengerjai karakter menyebalkan ini.

James Mangold memang seorang sutradara berbakat, terbukti dia pernah membuat para penonton takjub hingga beberapa orang menangis di film Logan (2017). Namun untuk film ini, Mangold dibantu oleh Jez Butterworth dan John-Henry Butterwirth dalam penulisan skrip. Sinematografi yang enak dilihat juga menjadi daya tarik film ini, kendati ini film tentang balap mobil, namun gambar yang dihasilkan benar-benar tak merusak mata, maka kredit itu diberi kepada Phedon Papamichael yang sebelumnya pernah berkerja-sama dengan Mangold dalam film 3:10 to Yuma (2007) dan juga Walk the Line (2005).


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun