Mohon tunggu...
Harfei Rachman
Harfei Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - An Un-educated Flea

Aku, pikiran yang kamu takkan bisa taklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Indahnya Dunia Para Naga di Film "How to Train Your Dragon: The Hidden World"

10 Januari 2019   10:31 Diperbarui: 11 Januari 2019   17:31 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setahun yang lalu saya sama sekali tak mengenal film "How to Train Your Dragon." Namun ketika trailer sekuel ketiga itu keluar tujuh bulan silam, teman-teman saya yang punya selera film yang bagus pun mengusulkan saya untuk menonton film tersebut. 

Setelah menonton kedua prekuel film tersebut, saya pun menjadi tercandu karena film ini sangat matang dari segi cerita, visual, bahkan komposisi musik dan dari segi lainnya. Film yang disutradarai oleh Dean DeBlois ini memberi rasa yang berbeda ketika saya sedang menonton film-film animasi khas Disney, Laika, Ghibli dan rumah produksi animasi lainnya.

Hari itu pun tiba, saya memutuskan untuk menonton film tersebut dalam layar IMAX, karena sudah sangat lama saya tidak menikmati film dengan kualitas visual yang mentereng di layar raksasa tersebut. Terakhir kali saya kesana, yaitu dua tahun silam ketika saya menyaksikan film Blade Runner 2049, dan hebatnya film tersebut mampu memenangi penghargaan sinematografi dan efek visual terbaik di Piala Oscar 2018.

Kembali ke topik, saya pun awalnya sangat menyayangkan karena film garapan DreamWorks Animation ini masih menggunakan kacamata 3D layaknya film-film Disney, saya sendiri tak terlalu menyukai kacamata tersebut karena hanya sedikit efektif untuk beberapa bagian gambar saja dan selebihnya, tak ada yang istimewa.

Lalu saya pun menyaksikan film tersebut, di adegan awal Hiccup kini menjadi pemimpin Berk dan mencoba memimpin sepeninggal Ayahnya. Sesekali dia terbayang masa kecilnya bersama Ayahnya yang bercerita tentang mitos dunia lain yang menjadi tempat rahasia milik para naga. Orang-orang di sekitar Hiccup pun juga berharap dia mau menikahi Astrid sesegera mungkin, namun Hiccup menolak, dia menyatakan belum waktunya untuk memikirkan hal tersebut.

Tak hanya Hiccup yang merasakan kegalauan. Sang Naga, Toothless juga merasakan hal yang sama ketika dia bertemu dengan Naga Putih  yang mirip dirinya, yang diberi nama oleh Astrid Light Fury. Namun Light Fury tidak mudah ditaklukkan, dan Toothless pun beberapa kali bertingkah konyol untuk mendapatkan perhatian dari sang betina. 

Ketika Hiccup tengah mencari dunia rahasia para naga, ada seorang penyusup yang berhasrat ingin membunuh Night Fury yang bernama Grimmel. Tokoh Grimmel sendiri berbeda dari villain dari film-film sebelumnya dan membuat cerita semakin menarik. Lalu pun film berlanjut hingga ke akhir cerita yang membuat para pencinta serial film ini pun sedikit terharu dan tidak percaya. 

How to Train Your Dragon: The Hidden World menawarkan visual yang berkelas, tak heran seorang sinematografer sekelas Roger Deakins pun dijadikan konsultan visual dalam film ini. Dan ditambah cerita yang menarik dan komposisi musik yang diisi oleh Jonsi, vokalis band asal Islandia, Sigur Ros, film How to Train Your Dragon: The Hidden World pantas untuk dinikmati di awal tahun dan menjadi hiburan terbaik buat para pecinta film.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun