Di pertengahan tahun 2015, saya mengalami penat akan kehidupan saya yang monoton. Lalu saya memutuskan untuk mengunggah sebuah film. Dan saya hanya tertarik untuk menonton film animasi. Lalu munculah sebuah film berjudul Spirited Away dan mendapat ulasan yang paling bagus di situs IMDB, lebih dari film-film Disney seperti Wall-E, UP hingga The Incredibles. Setelah menonton film tersebut, rasa penasaran saya pun terlampiaskan setelah menonton film tersebut. Mulai sejak itu, Saya mencari tahu siapa sutradaranya, dan apa itu Ghibli? dan apa saja film-film mereka?
Karena ada satu adegan yang membuat saya bertanya-tanya. Kenapa itu bisa terjadi? Perasaan saya sedikit kacau-balau sesaat dan memberi tepuk-tangan seorang diri tanpa tahu makna yang saya rasakan kala itu. Maka saya memutuskan kembali mencari adegan yang membuat perasaan yang agak sedikit aneh.
Lalu saya menemukan alasannya, dikutip dalam situs Quora, bahwa adegan tersebut dijelaskan oleh seorang Hayao Miyazaki pada festival film Toronto tahun 2002, sang Sutradara mengatakan..
"Kita punya sebuah kata dalam bahasa Jepang bernama Ma yang artinya Kekosongan. Lalu dia menepuk kedua tangannya sebanyak tiga atau empat kali. Waktu kosong di antara saat saya menepuk tangan tadi disebut 'ma.' Jika kamu punya kesibukan tanpa punya ruang untuk bernafas, maka itu hanya kesibukan biasa. Orang-orang yang membuat film takut akan rasa sunyi atau kehampaan.
Jika anda sudah menyaksikan film tersebut, mari kita rinci adegan ke adegan dalam film Spirited Away. Yang pertama ketika Chihiro/Sen melarikan diri dari kejaran Kaonashi/No-Face. Lalu Chihiro mendapatkan sebuah karcis kereta dari Kamaji untuk menyelamatkan Haku yang tengah sekarat. Dalam kejarannya, Kaonashi pun sudah tak memiliki kekuatan ketika melahap beberapa  pekerja di Sauna Air Panas milik Yubaba.Â
Lalu dia mengikut Chihiro dan kedua temannya ke dalam kereta. Dengan satu syarat, dia tidak boleh bertingkah aneh lagi. dan duduk tenang di samping Chihiro. Pelan-pelan Kereta pun berjalan, Chihiro dan ketiga temannya hanya terdiam tanpa dialog di tengah roh-roh manusia yang tidak pernah dijelaskan oleh seorang perfeksionis, Hayao Miyazaki.Â
Bayangkan, ketika anda hanya ditemani oleh sentuhan piano sendu dari seorang Maestro, Joe Hisaishi. Lalu berada di dalam pikiran Chihiro. Bagaimana bisa dia memikirkan Haku ketika dia tidak tau nasib orang-tuanya yang dijadikan Yubaba menjadi dua ekor Babi. Rasa hopeless yang dirasakan saya dan beberapa penonton termasuk menjadi sebuah hal yang lebih dari film ini. Maka pantas-pantas saja jika film ini masih belum bisa tergeserkan oleh Kimi No Nawa (Your Name) dan film-film Disney seperti Coco, Zootopia hingga Inside Out.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H