Mohon tunggu...
Harfei Rachman
Harfei Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - An Un-educated Flea

Aku, pikiran yang kamu takkan bisa taklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ron Howard dan Kegagalannya Mengeksekusi Film-film Fiksi

27 Mei 2018   00:50 Diperbarui: 27 Mei 2018   05:34 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ron Howard (kanan) bersama Pemeran Han Solo Muda, Alden Ehrenreich (kiri) dan Pionir Star Wars, George Lucas (Tengah) | thepositivemom.com

Ada apa dengan Ron Howard? Pertanyaan itu muncul di benak saya setelah menonton film Solo: A Star Wars Story. Padahal setahun yang lalu, saya dibuat terkesima oleh film dokumentasinya tentang The Beatles: Eight Days A Week. Dan ironisnya kala itu, saya menjadi satu-satunya penonton dalam bioskop. 

Sedikit menyedihkan, tapi terbayarkan di akhir setelah puas serasa memiliki Home Theater seorang diri. Ditambah melihat salah satu footage tentang konser The Beatles. Tapi disini saya tidak akan membahas film tersebut, ataupun film spin off Star Wars tersebut. Saya hanya akan membahas kiprah Ron Howard sebagai seorang Sutradara dan persepsi saya terhadapnya.

Ron Howard bukan diragukan lagi menjadi salah satu sutradara berpengalaman yang sangat underrated.  Sudah puluhan film yang disutradarai, dan mendapatkan banyak penghargaan termasuk puncak kariernya saat Piala Oscar tahun 2002 dalam kategori Film dan Sutradara Terbaik  pada dalam film A Beautiful Mind. 

Saat itu, dia mampu menaklukkan sutradara-sutradara mumpuni seperti Ridley Scott (Black Hawk Down), Peter Jackson (The Lord Of The Rings: The Fellowship of The Ring), Robert Altman (Gosford Park) hingga David Lynch (Mulholland Drive). 

Tak hanya di film tersebut, Ron Howard juga terbilang sukses dalam menggarap film-film dengan karakter 'nyata' lainnya seperti Apollo 13 (1995), Cinderella Man (2005) dan juga Frost/Nixon (2008) hingga Rush (2013). 

Sayangnya, sentuhan magisnya yang nyaris sempurna mulai dipertanyakan sejak menggarap The Da Vinci Code (2006) yang mendapatkan review yang kurang bagus  Tak hanya film tersebut, sekuel film tersebut yang juga berasal dari novel-novel karya Dan Brown  seperti Angels and Demons (2009) dan  Inferno (2016) juga mendapat review yang agak mengecewakan. 

Terakhir, Sutradara yang mengawali karier sebagai aktor cilik  ini juga gagal mengemas film yang terinspirasi dari novel Moby Dick pada tahun 2013 dalam film In the Heart of the Sea. Jelas Ron Howard harus intropeksi agar bisa membuktikan pada kritikus bahwa dia juga bisa menjadi sutradara yang bisa memaksimalkan film-film fiksi menjadi berkualitas layaknya film-film biopiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun