Butuh Perjuangan
Pulpen itu menari-nari di atas selembar kertas yang putih bersih. Menelusuri garis demi garis sampai tuntas memenuhi halaman. Ujung awal aku memulai menulis sampai akhir titik penghabisan tulisan yang singkat itu ternyata butuh perjuangan yang lama dan melelahkan.
Aroma Lavender
Harusnya aku menyadari sejak awal. Bahwa butuh persiapan yang matang jika ingin melakukan sebuah pekerjaan, meski hanya menulis surat. Misalnya membuat harum ruangan. Aku suka aroma lavender, disamping harum, juga bisa mengusir nyamuk yang menjengkelkan itu. Binatang satu ini bisa memecah konsentrasi ketika aku sedang tekun menulis.
Kertas Putih
Aku pilih kertas warna putih bukannya tanpa alasan. Aku suka kejernihan warnanya. Ada pilihan warna lain yang romantis; merah muda, biru muda, hijau muda, misalnya. Namun aku pilih yang warna putih polos saja, tanpa pola. Mungkin kau anggap aku tak mengikuti zaman. Tapi bukankah semua yang disebut modern oleh orang-orang saat ini pada awalnya dari hal yang kuno?
Tinta
Menulis menggunakan tinta punya keasyikan tersendiri. Karena ada nuansa tipis dan tebal yang menurutku enak dilihat. Aku mengartikannya sebagai dinamika kehidupan; kadang naik kadang turun namun justru membentuk keindahan yang harmonis.
Meja Kecil
Aku punya meja kecil yang cukup kuat sebagai alas menulis. Posisi badan duduk bersila dan bersandar di dinding. Cukup leluasa untuk memulai petualangan menuliskan kerinduan yang berkecamuk di hati dan pikiran.