Mohon tunggu...
Suharto
Suharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis blog http://ayo-menulislah.blogspot.co.id/, http://ayobikinpuisi.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Wangi Mawar Merah Membawaku Mengunjungi Masa Lalu

17 Januari 2023   07:32 Diperbarui: 17 Januari 2023   07:34 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekuntum bunga mawar merah (pixabay.com)

Bunga mawar merah itu harumnya menyelusup ke hidungku. Membawaku menyusuri masa kecil. Ketika itu aku diajak ibu berbelanja di pasar. Seorang ibu tua menjual aneka bunga di lapak dagangannya. Senyumnya selalu merekah seperti bunga-bunga yang dijualnya. Wangi bunga menguar membuat orang-orang yang berlalu-lalang menghirup dalam-dalam. Mereka tentu ingin mengisi paru-parunya dengan wewangian yang menenangkan itu. 

Ibu tua itu berjualan bunga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia petik sendiri di kebunnya. Dirawat dengan kesungguhan hati, maka bunga-bunga itu akan memberikan keindahannya, demikian katanya. Sungguh karunia Tuhan tiada terkira. Bunga-bunga ciptaanNya bisa memberikan kehidupan. 

Diantara beragam bunga itu, mawar merah menyita perhatianku. Bola mataku dibujuk untuk memerhatikannya. Ia merayu pikiranku untuk mencium aromanya melalui kedua lubang hidungku. Dibawanya perasaanku pada pengalaman yang menenteramkan.

Bagi saya, bunga mawar ini pantas dipersembahkan bagi orang yang teguh memegang janji. Karena ia tidak tergoda oleh kebisingan dunia. Ia tekun menyusuri hari-hari yang dilaluinya dengan berkhidmat pada kejujuran, demikian kata ibu tua penjual bunga itu.

Kini, aku menghadiahi sekuntum mawar merah bagi diriku sendiri setiap kali berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan. Aku memberi penghargaan karena telah mampu mengalahkan rasa malas. Penghargaan ini mungkin kecil nilainya menurut orang lain namun bagiku merupakan keberhasilan yang pantas dirayakan.

Citra mawar merah itu tumbuh subur di pikiranku. Sehingga taman di depan rumah aku tanam beberapa jenis mawar, tentunya ada yang berwarna merah. Setiap sore selalu aku siram. Bunganya ranum mewangi menggoda siapa saja yang melihatnya. Termasuk dirimu. 

Mawar merah itu kini telah mengubah pemandangan yang dulu gersang menjadi rindang. Hati siapa pun akan tergugah. Mereka pasti ingin memetiknya. Menurutmu, apakah bunga yang indah mesti dipetik? Apakah tidak cukup dengan memandanginya saja?

Setiap bunga punya wangi sendiri. Setiap orang berhak mencintai bunga apa pun. Setiap hidung berhak mencium wangi bunga apa pun. Setiap pikiran punya hak untuk memilih wangi yang disuka. Setiap perasaan punya hak untuk menyukainya wangi bunga yang sesuai dengan seleranya. Dan mawar merah adalah pilihanku.

Surabaya, Selasa 17/1/2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun